Minggu, 19 April 2015

UN dan Kehidupan Tempat Ujian Sesungguhnya

Oleh: Agustian Tatogo, S.Pd.
Ilustrasi UN. doc.

Jika saya ditanya: dimanakah tempat ujian sesungguhnya? Saya menjawab, tempat ujian sesungguhnya adalah di dunia. Mengapa? Di dunia ini saya menemukan kehidupan yang baik dan kehidupan yang menyimpang. Kehidupan yang sesungguhnya yang kita temui setiap hari. Merencanakan dan menyelesaikan suatu masalah menjadi bagian dari kehidupan di dunia ini.
Banyak orang yang mengira kehidupan sesungguhnya adalah ketika dia mendapatkan tempat atau jabatan yang yang baik.
Pada siswa SD, SMP sederajat dan SMA sederajat juga mengira bahwa mendapatkan nilai baik serta lulus ujian adalah akhir dari masa belajar sehingga siswa tersebut merasa mampu serta bisa. Akibatnya, siswa tersebut merasa sombong. Karena merasa sudah pintar, merasa sudah lulus ujian sehingga dia melupakan tugas yang sesungguhnya yakni belajar. Bagi mereka yang lulus pada ujian akhir nasional (UN) pada tiap jenjang merasa puas, sehingga mereka merayakan kelulusan dengan berbagai hal.
Namun, bagaimana dengan siswa yang mendapat nilai jelek serta tidak lulus pada ujian akhir sekolah maupun ujian akhir nasional? Sikap mereka akan berubah. Mereka tidak merasa puas dengan nilai yang mereka dapatkan. Hasil jelek tersebut akan mempengaruhi emosional mereka. Banyak anak yang tidak lulus ujian akan akan merasa minder, malu dengan teman- temanya yang sudah lulus ujian. Mereka tidak menerima kenyataan yang sebenarnya terjadi pada mereka. Maka itu, kita temui banyak siswa SD, SMP sederajat serta SMA sederajat yang stres akibat tidak lulus UN. Lebih parah lagi, banyak siswa yang bunuh diri akibat tidak lulus ujian. Hal tersebut mereka lakukan lantaran tidak menerima konsekensi bahwa mereka tidak mempersiapkan diri sebaik- baiknya dalam menghadapi ujian nasional. Sebagian besar siswa mengira bahwa ujian nasional adalah akhir dari segala hidup sehingga ketika tidak lulus ujian maka dia mengakiri hidupnya dengan bunuh diri. Sebenarnya, ujian nasional merupakan awal di mana siswa tersebut melangkah ke dunia luas dan ujian nasional ini merupakan salah satu ujian dari kehidupan sesungguhnya.

Salah siapa?
Siswa dalam hal ini belajar pengetahuan selama sekolah kurang menunjukan sikap dan tindakan sebagai seorang siswa. Siswa itu bagaikan buku dan pena yang tiap hari belajar dan benar bahwa tugas siswa adalah belajar. Dalam mengahadapi ujian nasional, siswa harus siap dengan matang. Apa yang perlu disiapkan? Tentunya ilmu pengetahuan yang didapatkannya selama proses belajar di bangku sekolah. Jika siswa tidak menyiapkan pengetahuan dengan baik, maka wajar saja jika dia mendapatkan nilai jelek atau tidak lulus ujian.
Di samping itu, pihak menyelenggara ujian juga kurang tepat dalam penerapan sistem ujian. Pertanyaannya, mengapa pemerintah menyamaratakan soal ujian nasional kepada seluruh daerah di Indonesia? Soal- soal UN disusun di pusat. Soal- soal tersebut disusun tanpa memperhatikan pendidikan yang jauh dari pusat kota. Indonesia memiliki banyak pulau, banyak budaya, banyak suku, banyak bahasa, dsb. Latar belakang siswa juga mempengaruhi pola pikir serta pengetahuan pada siswa tersebut. Dalam penerapannya di sekolah, pendidikan di Papua, Kalimantan, Sumatera, Sulawesi, NTT belum tentu sama dengan pendidikan di pusat. Misalnya, soal yang berkaitan dengan kereta api, siswa selain Jawa dengan Sumatera belum tentu mengerti. Selain itu, soal UN tentang Jokowi. Tidak banyak Siswa di pedalaman Papua, Kalimantan, Sulawesi dan pulau lain mengenal lebih dalam tentang tokoh nasional Jokowi itu. Wajar saja jika siswa di pedalaman Papua, Pedalaman Kalimantan dan siswa di pedalaman tidak bisa menjawab soal tentang kereta api atau tentang Jokowi. Lalu, mengapa soal- soal seperti itu dikeluarkan saat ujian nasional? Ini bukan menyamaratakan pendidikan namun membunuh karakter siswa dari berbagai daerah di Indonesia. Sistem pendidikan di Indonesia sudah salah.

UN bukan penentu kelulusan
Dari pemaparan di atas, maka dijelaskan bahwa UN bukanlah satu- satunya penentu kelulusan. Jika soal- soal UN berpusat pada Jakarta dan sekitarnya maka pihak penyelenggara UN membunuh karakter siswa dari berbagai tempat dan latar belakang di Indonesia. Mengapa UN harus dilaksanakan dan menjadi penentu kelulusan bagi siswa? UN bisa saja dilaksanakan tetapi tidak lagi menjadi penentu kelulusan namun menunjang pemahaman siswa. Maka, kelulusan akan dilaksanakan pada tiap daerah sesuai kesepakatan dinas pendidikan daerah dengan menteri pendidikan. Jika hal demikian dilakukan, maka identitas seorang anak akan terangkat di mata dunia tanpa menghilangkan jati dirinya sebagai seorang anak bangsa. Maka itu, pemerintah daerahlah yang menjadi penyelenggara sepenuhnya tentang UN dengan memperhatikan mutu pendidikan di Indonesia  dan standar kelulusan nasional.

-----Salam AMDG-----

Tidak ada komentar:

Posting Komentar