Oleh: Agustian Tatogo, S.Pd.
Ilustrasi UN. doc. |
Jika
saya ditanya: dimanakah tempat ujian sesungguhnya? Saya menjawab, tempat ujian
sesungguhnya adalah di dunia. Mengapa? Di dunia ini saya menemukan kehidupan yang baik dan kehidupan yang
menyimpang. Kehidupan yang sesungguhnya yang kita temui setiap hari.
Merencanakan dan menyelesaikan suatu masalah menjadi bagian dari kehidupan di
dunia ini.
Banyak orang yang mengira kehidupan sesungguhnya adalah ketika dia
mendapatkan tempat atau jabatan yang yang baik.
Pada siswa SD, SMP sederajat dan SMA sederajat juga
mengira bahwa mendapatkan nilai baik serta lulus ujian adalah akhir dari masa
belajar sehingga siswa tersebut merasa mampu serta bisa. Akibatnya, siswa
tersebut merasa sombong. Karena merasa sudah pintar, merasa sudah lulus ujian
sehingga dia melupakan tugas yang sesungguhnya yakni belajar. Bagi mereka yang
lulus pada ujian akhir nasional (UN) pada tiap jenjang merasa puas, sehingga
mereka merayakan kelulusan dengan berbagai hal.
Namun, bagaimana dengan siswa yang mendapat nilai jelek
serta tidak lulus pada ujian akhir sekolah maupun ujian akhir nasional? Sikap
mereka akan berubah. Mereka tidak merasa puas dengan nilai yang mereka
dapatkan. Hasil jelek tersebut akan mempengaruhi emosional mereka. Banyak anak
yang tidak lulus ujian akan akan merasa minder, malu dengan teman- temanya yang
sudah lulus ujian. Mereka tidak menerima kenyataan yang sebenarnya terjadi pada
mereka. Maka itu, kita temui banyak siswa SD, SMP sederajat serta SMA sederajat
yang stres akibat tidak lulus UN. Lebih parah lagi, banyak siswa yang bunuh
diri akibat tidak lulus ujian. Hal tersebut mereka lakukan lantaran tidak
menerima konsekensi bahwa mereka tidak mempersiapkan diri sebaik- baiknya dalam
menghadapi ujian nasional. Sebagian besar siswa mengira bahwa ujian nasional
adalah akhir dari segala hidup sehingga ketika tidak lulus ujian maka dia
mengakiri hidupnya dengan bunuh diri. Sebenarnya, ujian nasional merupakan awal
di mana siswa tersebut melangkah ke dunia luas dan ujian nasional ini merupakan
salah satu ujian dari kehidupan sesungguhnya.
Salah siapa?
Siswa dalam hal ini belajar pengetahuan selama sekolah
kurang menunjukan sikap dan tindakan sebagai seorang siswa. Siswa itu bagaikan
buku dan pena yang tiap hari belajar dan benar bahwa tugas siswa adalah
belajar. Dalam mengahadapi ujian nasional, siswa harus siap dengan matang. Apa yang
perlu disiapkan? Tentunya ilmu pengetahuan yang didapatkannya selama proses
belajar di bangku sekolah. Jika siswa tidak menyiapkan pengetahuan dengan baik,
maka wajar saja jika dia mendapatkan nilai jelek atau tidak lulus ujian.
Di samping itu, pihak menyelenggara ujian juga kurang
tepat dalam penerapan sistem ujian. Pertanyaannya, mengapa pemerintah
menyamaratakan soal ujian nasional kepada seluruh daerah di Indonesia? Soal-
soal UN disusun di pusat. Soal- soal tersebut disusun tanpa memperhatikan
pendidikan yang jauh dari pusat kota. Indonesia memiliki banyak pulau, banyak
budaya, banyak suku, banyak bahasa, dsb. Latar belakang siswa juga mempengaruhi
pola pikir serta pengetahuan pada siswa tersebut. Dalam penerapannya di
sekolah, pendidikan di Papua, Kalimantan, Sumatera, Sulawesi, NTT belum tentu
sama dengan pendidikan di pusat. Misalnya, soal yang berkaitan dengan kereta
api, siswa selain Jawa dengan Sumatera belum tentu mengerti. Selain itu, soal
UN tentang Jokowi. Tidak banyak Siswa di pedalaman Papua, Kalimantan, Sulawesi
dan pulau lain mengenal lebih dalam tentang tokoh nasional Jokowi itu. Wajar
saja jika siswa di pedalaman Papua, Pedalaman Kalimantan dan siswa di pedalaman
tidak bisa menjawab soal tentang kereta api atau tentang Jokowi. Lalu, mengapa
soal- soal seperti itu dikeluarkan saat ujian nasional? Ini bukan
menyamaratakan pendidikan namun membunuh karakter siswa dari berbagai daerah di
Indonesia. Sistem pendidikan di Indonesia sudah salah.
UN bukan penentu kelulusan
Dari pemaparan di atas, maka dijelaskan bahwa UN bukanlah
satu- satunya penentu kelulusan. Jika soal- soal UN berpusat pada Jakarta dan
sekitarnya maka pihak penyelenggara UN membunuh karakter siswa dari berbagai
tempat dan latar belakang di Indonesia. Mengapa UN harus dilaksanakan dan
menjadi penentu kelulusan bagi siswa? UN bisa saja dilaksanakan tetapi tidak
lagi menjadi penentu kelulusan namun menunjang pemahaman siswa. Maka, kelulusan
akan dilaksanakan pada tiap daerah sesuai kesepakatan dinas pendidikan daerah
dengan menteri pendidikan. Jika hal demikian dilakukan, maka identitas seorang
anak akan terangkat di mata dunia tanpa menghilangkan jati dirinya sebagai seorang
anak bangsa. Maka itu, pemerintah daerahlah yang menjadi penyelenggara
sepenuhnya tentang UN dengan memperhatikan mutu pendidikan di Indonesia dan standar kelulusan nasional.
-----Salam AMDG-----
Tidak ada komentar:
Posting Komentar