Ganteng ini sungguh menyiksaku.
Itulah sepenggal kalimat yang ada di motor bagian depan milik temanku. Entah
mengapa, tulisan tersebut terpampang di depan motor tepatnya di atas lampu
utama motor. Tetapi yang jelas, tulisan ini mengandung dua arti.
Pertama: tulisan ini
memberi gambaran tentang perlakuan “para ganteng” di negeri ini. “Aku sangat
terpukul dengan kelakuan pemimpin. Aku semakin hari semakin hilang dalam
kekayaan tanahku. Janji yang kau pernah utarakan, kini kau ingkar. Setelah kamu
jadi “ganteng” di negeri ini, kau tidak pernah memperhatikanku lagi. Aku selalu
menunggu janjimu tetapi kau tidak pedulikan suaraku lagi. Aku tidak punya apa-
apa lagi untuk menghidupi diriku sendiri, keluargaku anak- anakku. Kapan kau akan
tepati janjimu. Sakit hatiku padamu semakin menjadi- jadi. Kapan lagi…kapan
lagi kau akan mengobati hatiku yang terluka itu. Apakah aku harus hidup di
dunia seperti ini terus?” Demikian pemaparan singkat dari ungkapan hati seorang
ibu di daerah Maguwoharjo yang tiap harinya berjualan makanan di warungnya. Anak
pertamanya tidak melanjutkan pendidikan di perguruan tinggi karena tidak ada
biaya.
Kedua: kalimat ini
juga menggambarkan tentang perlakuan para pemimpin “para ganteng” di negeri
kita tercinta ini. Seorang presiden memberikan sebuah pemahaman kepada para
ganteng di ibu kota, “Untuk apa tahan- tahan dia, lepaskan saja toh, gitu saja
repot”. Apa untungnya bagi negeri ini jika ditahan- tahan. Kau untung bukan
karena kesejahteraan rakyatku tetapi karena kekayaan di tanahku. Ini adalah
pergulatan batin bagi sebagian besar orang di negeri ini yang tertindas oleh
perlakuan para pemimpin di negeri ini.
-----------Salam AMDG--------------
Tidak ada komentar:
Posting Komentar