Rabu, 24 Oktober 2012

MAKALAH MATEMATIKA


MAKALAH MATEMATIKA
“TINGKAT PEMAHAMAN PELAJARAN MATEMATIKA PADA SISWA SD SAAT LES SORE”
Untuk Memenuhi Rencana Pengajaran di SD Timbulrejo, Maguwoharjo,                Sleman, Yogyakarta
Dosen Pembimbing: Dr.Yansen Marpaung


Oleh:
Agustian Tatogo
(101414064)


PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA
2012

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami haturkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa karena berkat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan makalah yang berjudul “Tingkat Pemahaman Pelajaran Matematika SD saat Les Sore” ini dengan baik. Untuk menyusun makalah ini, sebelumnya penulis telah melakukan berbagai percobaan mengajar dengan memberi les sore kepada beberapa murid SD, SMP dan SMA. Namun pada kesempatan ini, penulis hanya mengambil siswa SD sebagai obyek penelitian penulis.
Penulis berterimakasih kepada Tuhan di mana telah membimbing penulis selama melakukan les sore kepada beberapa siswa SD, serta dalam penyusunan makalah ini. Penulis juga berterimakasih kepada Dr.Yansen Marpaung atas dukungannya selama penyusunan makalah ini. Beliau adalah pembimbing penulis selama penyusunan makalah sampai selesai.
Dalam penyusunan makalah ini, penulis memiliki banyak kekurangan serta kesalahan dalam menutur kata dan ejaan dalam penulisan. Bila Anda menemukan sesuatu kesalahan dalam penyusunan makalah ini, penulis mengaharapkan saran dan kritik dari Anda semua.





                                                                                                                         Yogyakarta, 1 Oktober 2012

                                                                                                                                 Penyusun







“TINGKAT PEMAHAMAN PELAJARAN MATEMATIKA PADA SISWA SD SAAT LES SORE”

I.       PENDAHULUAN
1.      Latar Balakang
Pada saat ini pendidikan di Indonesia menjadi sorotan bagi berbagai kalangan. Bersamaan dengan itu, anak- anak dari setiap keluarga diwajibkan untuk mengejang pendidikan di sekolah. Ada orang tua murid yang memaksakan anaknya untuk bersekolah atau menadapat ilmu secara formal. Namun, adapula orang tua yang membiarkan anaknya melakukan apa saja yang dikehendaki anaknya.
Dalam kehidupan kita sehari- hari, kita tidak terlepas dari matematika. Matematika bisa kita jumpai di mana- mana, bahkan matematika telah menyatu dengan kehidupan manusia. Namun, demikian, kita seakan- akan tidak menyadari bahwa kita menggunakan matematika. Contohnya bernalar, berpikir, menyimpulkan suatu permasalahan dengan baik.
Pelajaran/ pengetahuan tentang matematika itu tersusun (hirarkis). Matematika selalu diberikan kepada siswa sejak siswa duduk di bangku dasar. Karena matematika itu bersifat hirarkis, maka semakin meningkatnya jenjang studi, semakin pula berkembangkan pengetahuan matematika hingga abstrak. Oleh sebab itu, seorang siswa tidak bisa menerima mata pelajaran matematika pada sekolah lanjutan bila dia tidak melalui proses pembelajaran saat sekolah dasar. Maka baik jika matematika itu mulai diterapkan pada sekolah dasar.
2.      Ruang Lingkup
Pada penelitian dan penyusunan makalah ini, penulis membatasi hanya siswa SD dari kelas III- VI yang bersekolah di SD Timbulrejo, Maguwoharjo, Sleman, Yogyakarta. Siswa- siswa itu adalah orang- orang Jawa (suku Jawa).
3.      Rumusan Masalah
a)   Apakah pelajaran matematika bagi para siswa SD?
b)   Apakah pelajaran matematika itu membosankan?
c)   Faktor apa yang memengaruhi mereka sehingga suka/ tidak suka terhadap pelajaran matematika?
d)  Apa kesulitan siswa dalam pembelajaran matematika?
e)   Apa tanggapan mereka terhadap pelajaran matematika?
f)    Apa solusinya?
g)   Apakah penulis yang berbeda latar belakang: ras, budaya, agama, adat- istiadat yang berbeda dari mereka ini menjadi pengahambat dalam pembelajaran matematika bagi anak- anak Jawa?
h)   Apa tanggapan mereka dan orang tuanya terhadap penulis yang berbeda latar belakang itu?
4.      Tujuan
Ada dua tujuan utama yakni:
a.       Memberi les kepada anak SD ini adalah mempersiapkan diri untuk menghadapi masalah yang besar di mana pada akhirnya penulis akan menjadi pendidik bagi generasi muda.
b.      Penulis menyusun makalah ini guna meneliti tingkat pemahaman siswa dalam pemebelajaran matematika di SD, serta syarat untuk memenuhi pengajaran matematika pada SD Timbulrejo.
5.      Metode
Metode yang penulis gunakan dalam penyusunan makalah ini adalah dengan mengamati siswa- siswi dalam menerima matematika sebagai sebuah pelajaran yang harus diberikan kepada siswa pada saat usia dini. Penulis tidak meminta tanggapan dari setiap siswa yang pernah les bersama penulis atau membagikan koesioner, namun penulis mengamati sendiri tingkat pemahaman siswa terhadap pelajaran matematika pada sekolah dasar pada saat les sore di rumah.




II.    PEMBAHASAN
1.      Definisi
Matematika adalah ilmu yang mempelajari bagaimana cara bernalar, berpikir serta menyimpulkan suatu masalah. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), matematika berasal dari bahasa Yunani: μαθηματικά - mathēmatiká adalah studi besaran, struktur, ruang, dan perubahan. Para matematikawan mencari berbagai pola, merumuskan konjektur baru, dan membangun kebenaran melalui metode deduksi yang kaku dari aksioma-aksioma dan definisi-definisi yang bersesuaian. Dalam bukumya Jujun S.Suriasumantri yang berjudul “Filsafat Ilmu; Sebuah Pengantar Populer” (190:2009) mengatakan bahwa, matematika adalah bahasa yang melambangkan serangkaian makna dari pernyataan yang ingin kita sampaikan.
Dari pemahaman matematika ini, kita dapat melihat bahwa matematika sebagai bahasa sangat berguna dalam kehidupan kita sehari- hari. Manusia dalam kehidupan sehari tidak terlepas dari matematika. Hal ini kita melihat di mana ada orang yang mampu bernalar dengan baik, menyimpulkan suatu permasalah dengan cermat, tepat pada sasaran. Bagi anak kecil, matematika sudah ada pada mereka namun kerapkali mereka tidak menyadari bahwa apa yang mereka lakukan itu adalah ada hubungannya dengan pengetahuan tentang matematika. Pada masa anak- anak ini, matematika bersifat sederhana, konkret, serta berhubungan dengan kehidupan nyata (konteks).
2.      Pelajaran Matematika pada Sekolah Dasar (SD)
Seperti telah dijelaskan pada bagian pertama di atas bahwa pelajaran matematika SD adalah pelajaran paling mendasar dari pelajaran pada tingkat lanjutan. Matematika itu bersifat hirarkis (tersusun) maka tentu pelajaran matematika SD menjadi dasar bagi pelajaran matematika pada tingkat lanjutan. Pelajaran matematika pada sekolah dasar (SD) masih bersifat seherhana, konkret, serta berhubungan dengan kehidupan nyata.
Dalam pembelajaran matermatika pada sekolah dasar, seorang guru diharapkan mengkaitkan materi pembelajaran matematika dengan kehidupan nyata, atau benda- benda konkret. Hal ini dilakukan supaya peserta didik mampu dan bisa menerima mata pelajaran matematika yang diajarkan gurunya. Untuk mengembangkat minat siswa dalam pembelajaran matematika, guru bisa mengganti- ganti metode mengajar kepada siswa. Maka, guru juga diharapkan bisa menguasai strategi serta metode yang digunakan dalam pembelajaran matematika di sekolah.
3.      Kesulitan Siswa pada Pembelajaran Matematika SD
Banyak orang mengatakan bahwa pelajaran matematika itu sangat sulit, padahal mereka sindiri biasa mengunakan matematika dalam kehidupan sehari- hari. Hal ini dikatakan demikian karena mereka tidak menyadari dan tidak mengalami matematika secara formal. Bagi orang yang telah mengalami atau belajar matematika mengatakan bahwa sebenarnya matematika itu tidak sulit. Mereka mengatakan bahwa, kita berpikir sistematis, mampu bernalar, mampu menyimpulkan suatu permasalahan dalam sehari- hari itu sudah cukup belajar matematika.
Hal demikian juga dialami oleh siswa- siswa pada sekolah dasar. Bagi mereka, pelajaran matematika adalah salah satu mata pelajaran yang sulit dipahami mereka sehingga mereka tidak menyukainya.
4.      Faktor yang mempengaruhi siswa dalam Pembelajaran Matematika SD
Ada beberapa faktor yang memengaruhi siswa dalam pembelajaran matematika pada sekolah dasar. Faktor- faktor tersebut diantaranya:
a)      Siswa mendengar dari pembicaraan orang tua atau teman- temanya bahwa matematika itu mata pelajaran yang sulit. Perkataan ini akan memengaruhi siswa tersebut sehingga minat serta motivasi untuk belajar matematika menjadi menurun dan pada akhirnya siswa tersebut tidak akan menyukainya.
b)      Proses pembelajaran matematika yang dilakukan guru tidak tepat bagi siswanya sehingga menimbulkan ketidakseriusan siswa dalam belajar matematika.
c)      Dalam pembelajaran matematika pada sekolah dasar, guru tidak mendisiplinkan siswanya.
5.      Dampak Siswa SD dalam Pembelajarn Matematika
Pada pembahasan tentang dampak pelajaran matematika terhadap siswa sekolah dasar ini, penulis mengemukakan dua sisi yakni dampak terhadap pembelajaran di sekolah dan dampak tehadap pembelajaran matematika pada saat belajar tambahan (les sore).
a)      Dampak pembelajaran matematika pada siswa di sekolah itu bisa posotif dan bisa negatif. Dampak positif bila guru mengajarkan  pelajaran matematika di sekolah dasar dengan baik, mendisiplinkan siswanya dalam pembelajaran matematika serta guru melakukan pembelajaran matematika berdasarkan aturan yang berlaku di sekolah. Selain itu, siswa juga aktif dalam proses pembelajaran matematika tersebut. Dampak negatif  bila yang tejadi sebaliknya.
b)      Dampak pembelajaran matematika pada saat belajar tambahan (les sore) di rumah.
Dari hasil pengamatan penulis terhadap beberapa siswa-siswa SD yakni Rama, Ali, Khavid, dan Tya dengan berturut- turut kelas 4, 4, 6, dan 6, proses pembelajaran matematika pada saat les sore di rumah,  ada dua dampak yang sering penulis temukan dalam pembelajaran matematika pada saat les sore. Kedua dampak tersebut adalah dampak positif dan dampak negatif, namun penulis menjelaskan dengan menggabungkan kedua dampak.
Ø  Penulis telah melihat sifat- sifat dari setiap siswa yang belajar matematika besama- sama. Dari sifat- sifat yang ada pada siswa tersebut, penulis mengamati juga perilaku setiap siswa sehingga penulis mengemukakan ada beberapa sifat, perilaku serta tingkat pemahaman siswa terhadap pembelajaran matematika. Sifat- sifat tersebut antara lain:
·         Ada siswa yang pintar dan disiplin dalam belajar. Dia mempunyai motivasi belajar yang tinggi. Latar belakang orang tuanya mampu secara ekonomis, mengejang pendidikan sampai sarjana.
·         Ada siswa yang juga pintar namun sering main- main sehingga terkadang tidak terfokus pada materi. Latar belakang orang tuanya penjual makanan di warung makan dan petani.
·         Ada siswa yang pintar tetapi dia terkadang menghayal. Hal ini diakibatkan karena di sering melihat makhluk halus sehingga ketika kami belajar, dia sesering hilang ingatan sesaat. Orang tuanya petani, ekonomisnya rendah.
·         Ada siswa yang kurang pintar dan nakal. Siswa itu adalah siswa yang pada waktu kecil dia sering memukul- mukul kepalanya sendiri sehingga untuk menerima pelajaran itu agak sulit (diingatkan berkali- kali). Latar belakang orang tuanya mampu tingkat menengah.
Ø  Dari melihat sifat- sifat dan tingkah laku dari setiap siswa yang berbeda, penulis akhirnya berpikir lagi bagaimana cara mendidik setiap siswa tersebut. Maka untuk mengatasi perbedaan sifat ini, dalam pembelajaran matematika penulis sering mengunakan alat peraga untuk menjelaskan suatu pokok bahasan atau mengawali suatu poko bahasan. Misalnya: ketika belajar operasi penjumlahan, pengurangan, perkalian dan pembangian, penulis menjelaskan dengan menggunakan buku, alat tulis atau benda yang ada di depan mata kami atau pada saat musim buah rambutan, kami belajar matematika dengan rambutan sebagai bahan pembelajaran matematika kemudian kami makan bersama- sama. Penulis mencoba demikian karena penulis telah mendapat pengetahuan bagaimana mendidik anak dengan baik dari berbagai kalangan baik dari dosen maupun pergaulan dengan orang lain pada setiap hari. Apa yang penulis praktikan itu ada yang bermanfaat dan ada yang kurang bermanfaat bagi peserta didiknya. Maka saat ini pun penulis sering dimintai oleh orang tua siswa dari lingkungan tempat tinggal penulis untuk memberi les sore pada anak- anak mereka.
Ø  Di samping itu, penulis sebagai pembimbing les sore terkadang sulit untuk mengatasi kenakalan peserta didik. Hal ini bisa terjadi karena di sekolah guru tidak mendisiplinkan siswa sehingga kebiasaan itu masih terbawa sampai pada saat les sore.

6.         Solusi bagi Guru dan Siswa SD
Pada pembahasan tadi, penulis telah berupaya keras untuk mengatasi kesulitan siswa dalam pembelajaran matematika saat les sore di rumah dengan berbagai cara. Pada bagian ini penulis akan menjelaskan bagaimana solusi untuk mengatasi kesulitan siswa dalam pembelajaran matematika pada sekolah dasar serta menghidupkan dan memengembangkan semangat belajar siswa.
a)      Guru di sekolah menerapkan aturan disiplin.
b)      Guru menjadi motivator bagi siswa.
c)      Materi yang diajarkan itu jangan keluar dari batas- batas pemikiran siswa.
d)     Dalam pembelajaran, guru sering menggunakan pendekatan kontekstual (Kontextual Teaching and Learning).
e)      Guru juga perlu menyediakan alat bantu, atau media dalam pembelajaran matematika.
f)       Dalam pembelajaran matematika, guru mengatur waktu dengan baik sehingga sesekali belajar di luar kelas.
g)      Bagi siswanya yang kurang normal secara psikologis, sekolah harus menyediakan seorang konselor untuk memberikan konseling dalam pembelajaran.
7.      Multikultural dalam Pembelajaran Matematika SD pada saat Les Sore
Penulis adalah orang asli Papua. Jelas bahwa penulis dan para peserta didik adalah dua budaya, suku, bahasa, ras, adat- istiadat, serta agama yang berbeda. Dalam hal ini, penulis adalah orang Papua dan beragama Katholik sedangkan para peserta didik adalah orang Jawa (suku Jawa) dan beragama Islam.
Dalam pembelajaran matematika di sekolah maupun di luar sekolah, latar belakang budaya, bahasa, adat- istiadat ini tidak menjadi persoalan bagi pendidik kalau kita benar- benar mengerti bagaimana mendidik anak- anak dengan baik. Di samping itu, para pendidik juga diharapkan paling tidak mengerti tentang budaya, bahasa dari setiap peserta didik. Penulis sebagai orang luar Jawa, mencoba mengenali budaya Jawa. Hal ini karena, bila kita tidak mengerti budaya setempat atau kebiasaan setempat, apa yang kita ajarkan itu tidak sampai pada peserta didik. Penulis juga mencoba memahami kebiasaan yang ada di Yogyakarta khususnya daerah temapt tinggal penulis.
Meskipun penulis lebih tua dari para peserta didik, penulis berusaha agar dalam pembelajaran matematika, penulis menyamakan diri dengan mereka. Penulis juga akan menjadi teman belajar bagi mereka ketika belajar di sekolah maupun di luar sekolah. Pengalaman mendidik yang penulis alami ini sangat sederhana namun bagi siswa/ peserta didik, hal demikian sangat bermanfaat bagi mereka.

III. KESIMPULAN
Pendidikan matematika di Indonesia saat ini dipandang sebagai pelajaran yang sulit ditangkap oleh kebanyakan orang/ peserta didik. Namun di sisi lain, mata pelajaran menjadi suatu mata pelajaran yang diujiankan.
Beberapa peserta didik sering mengeluh dengan pelajaran matematika. Mereka menganggap pelajaran matematika sering menjadi beban bagi mereka, bahkan ada dari mereka tidak mengerti tentang materi mata pelajaran yang diajarkan di sekolah maupun di luar sekolah, seperti yang terjadi pada saat les di rumah. Untuk itulah, seorang guru di harapkan memberi pelajaran kepada para peserta didik dengan baik dan teratur agar peserta didik dapat dengan mudah memahami mata pelajaran yang dianggap sulit bagi mereka.






Minggu, 21 Oktober 2012

Belajar Matematika


 “Aku ingin menceritakan sedikit tentang diriku. Lebih-lebih tentang pilihanku menjadi guru matematika. Tidak banyak orang muda Papua, yang saya tahu, menyukai pelajaran ini,” Agustian membuka percakapan kami.
Aku diam menanti ia memulai cerita. Sejarah kehidupan selalu menarik untuk kusimak. Bukan aku ingin tahu masa lalu seseorang, tapi lebih-lebih aku ingin ikut merasakan semangat hidupnya. Sejarah—maksudku historicity jika ditulis dalam bahasa Inggris—lebih terasa sebagai kesadaran untuk hidup. Keputusan-keputusan seseorang atau masyarakat untuk membentuk hidupnya atau hidup mereka; untuk memberi wajah pada masa depan mereka.
“Saya mulai dari pertanyaan yang biasa orang tanyakan: Mengapa saya menyukai pelajaran matematika?” Agus melanjutkan ceritanya. Ia duduk dengan agak membungkuk. Kedua telapak tangannya bertemu.
“Saya mulai senang Matematika setelah masuk SMA. Pelajaran ini tidak saya sukai ketika saya masih di SD dan SMP. Baru setelah bertemu dengan Pak John Angkasa saya mulai suka.”
“Hmmmm... Jadi Pak John yang membuatmu suka Matematika?”
“Ya. Di SMA yang kumasuki ada program penyetaraan. Kami menyebutnya matrikulasi. Program ini untuk siswa baru yang berasal dari pedalaman agar lebih baik dalam membaca, menulis, dan menghitung. Selain itu, kami juga diajari tentang pengetahuan seputar pendidikan. Sebenarnya, matrikulasi ini dimaksudkan untuk kami yang kurang mampu menyesuaikan diri dengan tuntutan kurikulum. Namun, waktu itu baik kami yang dari pedalaman maupun dari kota mengikuti program matrikulasi bersama.”
“Kau belum cerita soal Pak John baru saja,” aku menyela.
“Pak John mengampu materi menghitung. Beliau menyuruh kami satu per satu maju ke depan kelas untuk menghafalkan perkalian 1x1 sampai 10x10. Di kelasku—nama kelas kami X Goldstein waktu itu—ternyata belum semua bisa. Teman-teman yang berasal dari kota pun ada yang gagal sehingga harus berulang-ulang menghafal. Sementara teman-teman dari pedalaman ada yang bisa hingga 6x6. Ketika itu, saya baru bisa menghafalkan perkalian 1,2,3,5,dan10. Bayangkan betapa bodohnya saya pada waktu itu. Karena saya belum  menghafalkan perkalian yang begitu banyak saat itu, saya menghabiskan banyak waktu berdiri di depan kelas.”
Agustian tertawa mengenang hari-hari di pertengahan bulan Juli 2007, awal ia masuk SMA.
“Mungkin Pak John gemas dengan saya sehingga ia memberi tugas padaku untuk menghafalkan perkalian 1 hingga 20 dalam seminggu. Sungguh mati, saya tidak bisa menghafalkan sekian banyak. Apalagi kapasitas memori saya terbatas karena kurang dilatih. Tapi mau tidak mau saya harus menghafalkan karena saya takut dengan Pak John—huhh badannya besar dan sangat disiplin. Sebenarnya, saya tidak sanggup. Tapi, karena ini tugas yang diberikan Pak John, saya harus menanggung beban itu.”
Entah apakah waktu itu ada siswa lain yang diperlakukan ‘istimewa’ seperti Agustian oleh Pak John waktu itu. Tapi seminggu itu, siang dan malam, dihabiskan oleh Agustian untuk menuntaskan tugas itu.
“Meski kemampuan Matematika saya membaik, saya masih belum menyukai pelajaran ini. Saya masuk jurusan IPA saat kelas XI. Meski begitu, saya masih belum menyenangi Matematika. Pak John jarang sekali mengajar kami karena sudah ada guru yang lain. Mungkin beliau lebih terfokus pada kerjaannya sebagai wakil kepala sekolah.”
“Jadi guru yang menyeramkan ada untungnya, Gus. Apakah kamu kalau jadi guru akan meniru Pak John?”
Agustian hanya tertawa renyah. Tapi jelas ia akan kesulitan karena badannya tidak besar. Apalagi kalau harus meniru rambut gondrong Pak John. Itu sulit sekali.
“Lalu, waktu kelas XII saya baru menyenangi matematika karena pelajaran ini akan diujiankan. Pak John dan Rama Mardi memberi saya semangat. Pak John kembali masuk ke kelas kami. Saya menjadi lebih senang lagi. Jika ada waktu kosong, saya menyempatkan meminta pertolongan Pak John menjelaskan materi yang saya tidak mengerti. Beliau setia mendampingiku setiap malam di Wisma Jesuit. Di sore hari saya suka pergi menemui Rama Mardi di pastoran untuk belajar matematika. Dua orang itulah yang memberikan saya harapan di dunia matematika. Saat semangatku padam, merekalah yang menyalakan kembali. Jasa mereka sangat besar dalam hidupku.”
Dua orang itu sudah tidak lagi di SMA tempat Agustian belajar. Aku tidak tahu, tapi semoga ada guru lain yang seperti mereka. Boleh jadi, Agustian salah satunya. Kelak....

Oleh: Yohanes Supriyono

Senin, 15 Oktober 2012

Makalah Ilmiah




Makalah Ilmiah

“Pemanfaatan Serbuk Gergaji Kayu Menjadi Briket”


Oleh:
Agustian Tatogo
(2946)



SMA YPPK Adhi Luhur Kolese Le Cocq d’Armandville

Nabire Papua

2010




KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan yang maha kuasa karena berkat pertolongan dan rahmat bimbingan-Nya yang telah limpahkan kepada kami sehingga kami dapat menyusun makalah ilmiah dengan judul “Pemanfaatan Serbuk Gergaji Kayu Menjadi Briket” ini.

Kami menyampaikan banyak terimakasih kepada semua pihak yang membantu kami dalam menyusun makalah ilmiah ini dengan baik. Baik yang membantu kami secara lansung maupun tidak lansung, treutama kepada:
1.      Pastor Albertus Mardi Santosa, SJ. selaku Kepala SMA YPPK Adhi Luhur.
2.      Yeremias Degey, S.Pd.selaku guru mata pelajaran bahasa Indonesia sekaligus sebagai penguji.
3.      Albertus Leonardo Lantang, S.Pd. dan Fransiska Yuni Dhamayanti, S.Si selaku pembimbing.
4.      Dewan Guru yang telah mendidik kami selama ini.
5.      Para siswa SMA YPPK Adhi Luhur telah membantu saya dalam peyelesaian makalah ilmiah.

Kami juga tidak lupa minta maaf  kepada seluruh  pembaca makalah ilmiah ini, jika ada kasalahan dalam penulisan tanda-tanda baca, isi, dan lain-lain yang tidak berkenan di hati Anda semua.

Dengan makalah ilmiah ini, diharapkan kepada para pembaca agar mengetahui apa itu briket. Dengan mengetahui briket maka, Anda khususnya masyarakat Papua agar dapat menggunakan / memanfaatkan serbuk gergaji kayu sebagai bahan alternatif lain pengganti kayu bakar atau bahan baker (BBM) lainnya dengan sebaik – baiknya.

                                                                                                      Nabire, Juli 2009

                                                                                                      Penulis


                                                

LEMBAR PENGESAHAN



Disahkan oleh
                                                          SMA YPPK Adhi Luhur
Pada tanggal,…………………2009 / 2010






Mengetahui,


                                                         
       Penguji I                                                       Penguji II




   ( ………………………….)                               ( …………………………….)                                                                                                                   





                  Kepala Sekolah,                                               Guru pendamping,



(Rm. Albertus Mardi Santosa, SJ.)                ( Bpk. A. Leonardo Lantang, S. Pd.)


 

DAFTAR ISI

Kata Pengantar ………………………………………………………………….
Lembar Pengesahan……………………………………………………………..
Daftar Isi…………………………………………………………………………

BAB I. PENDAHULUAN……………………………………………………....
1.      Latar belakang………………………………………………………………..
2.      Rumusan Masalah…………………………………………………………….
3.      Tujuan………………………………………………………………………..
4.      Manfaat……………………………………………………………………….

BAB II. LANDASAN TEORI…………………………………………………....
A.    Briket………………………………………………………………………….
1.      Definisi Briket…………………………………………………………….
2.      Bentuk – bentuk Briket……………………………………………………
3.      Jenis –jenis Briket………………………………………………………...
4.      DampakNegatif…………………………………………………………...

B.     SerbukGergaji Kayu…………………………………………………………..
1.      PengertianSerbuk Gergaji Kayu…………………………………………..
2.      KomponenKimia Sebuk Gergaji Kayu…………………………………....

BAB IIIMETODE PENELITIAN………………………………………………...
1.Alat dan Bahan………………………………………………………………….
2.Pembuatan briket………………………………………………………………..
3.Pembahasan……………………………………………………………………

BABIV. PENUTUP……………………………………………………………….
1.      Kesimpulan……………………………………………………………………
2.      Saran…………………………………………………………………………
3.DaftarPustaka…………………………………………………………………..






BAB I. PENDAHULUAN

1.Latar Belakang

Dalam kehidupan kita sehari-hari, kita seringkali menemukan atau memegang yang namanya kayu. Kayu sebagai sumber bahan bakar alternatif dapat dipilih karena mudah didapat dan sederhana penggunaannya dibandingkan dengan bahan bakar lainnya seperti BBM (Minyak Tanah,dll.). BBM susah didapat oleh masyarakat jelata.

.Kita sering menemukan banyak potongan-potongan kayu terutama sisa-sisa gergaji (serbuk gergaji). Serbuk kayu itu kita bisa manfaatkan dan olahnya supaya tidak terbuang. Kita memanfaatkan serbuk gergaji kayu menjadi Briket (bahan bakar alternatif pengganti kayu bakar atau bahan bakar lainnya).

2.Rumusan Masalah
  • Apa itu serbuk gergaji kayu?
  • Langkah-langkah apa saja yang perlu kita ambil untuk memanfaatkan serbuk kayu menjadi briket ?

3.Tujuan
Beberapa tujuan yang saya ambil dalam penelitian pemanfaatan serbuk gergaji kayu menjadi briket antara lain:
  • Agar masyarakat Papua khususnya di Pedalaman Paniai mengetahui apa itu briket.
  • Agar masyarakat Papua mengerti bagaimana cara memanfaatkan serbuk kayu atau sampah organik lainnya menjadi Briket.
  • Sebagai sumber pengetahuan dan penambah wawasan bagi siswa-siswi SMA Adhi Luhur mengenai pemanfaatan serbuk kayu menjadi Briket.
  • Sebagai bahan refrensi bagi siswa-siswi SMA Adhi Luhur apabila menggunakan tema yang sama di kemudian hari.
  • Untuk memenuhi persyaratan mengikuti ujian praktik Bahasa dan Sastra Indonesia dan Ujian Nasional Bahasa dan Sastra Indonesia Sekolah Menengah Atas.

4.Manfaat
  • Dengan menggunakan briket gergaji sebagai bahan bakar maka kita dapat menghemat penggunaan kayu sebagai hasil utama dari hutan.
  • Briket bisa menjadi pengganti arang aktif / arang kayu sehingga mengurangi proses pembabatan hutan, khususnya di pedalaman Paniai.
  • Selain penggunaan briket serbuk gergaji, kita dapat menghemat pengeluaran biaya untuk membeli bahan bakar minyak (BBM).
  • Dapat meningkatkan pendapatan masyarakat bila pembuatan briket ini dikelolah dengan baik, selanjutnya briket arang dibakar bahkan dijual.


BAB II. LANDASAN TEORI

A. Briket
1. Definisi Briket

Briket merupakan bahan bakar padat yang menjadi bahan bakar alternatif kayu            bakar atau bahan bakar minyak lainnya. Definisi briket itu sendiri adalah suatu bahan yang berupa serbuk atau potongan-potongan kayu kecil yang dipadatkan dengan menggunakan mesin press denagan dicampur bahan perekat sehingga menjadi bentuk yang solid. Briket biomasa adalah energi alternative yang ramah lingkungan. Bahan baku dari serbuk briket ini menggunakan limbah – lmbah sisa produksi, baik itu rumah tangga, perkebunan maupun sampah dari proses alam, seperti daun – daun yang gugur.Bahan bakar berbentuk briket pertama dikembangkan oleh kelompok aktivis lingkungan hidup di Nepal.

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia(KBBI) dikatakan bahwa briket adalah bata; gumpalan (sebesar kepalan tangan) dari barang lunak yang dikeraskan melalui pembakaran, contoh: briket arang, dll.

Pada tahun 1990, berdiri pabrik briket arang tanpa perekat di Jawa barat dan Jawa Timur yang menggunakan serbuk gergaji kayu sebagai bahan baku utamanya. Proses pembuatan briket arangnya berbeda dengan cara pembuatan briket dari bahan organik lainnya. Bahan baku serbuk gergaji kayu dikeringkan selanjutnya dibuat briket.

Apabila briket arang dari serbuk gergajian ini dapat digunakan sebagai sumber energi alternatif, baik sebagai pengganti minyak tanah maupun kayu bakar maka akan dapat diselamatkan CO2 sebanyak 3,5 juta ton untuk Indonesia, sedangkan untuk dunia CO2 karena kebutuhan kayu bakar dan arang untuk tahun 2000 diperkirakan sebanyak 1,70  x 109 m3 (moreira (1997) maka jumlah CO2 yang dapat dicegah pelepasannya sebanyak 6,07 x 109 ton CO2 / tahun.


2. BentukBriket
Terdapat berbagai bentuk tergantung dari mesin cetak atau alat cetak. Bentuk-bentuknya antara lain sebagai berikut:
        -Silindrik (berbentuk silinder)
        -Kubus
        -Balok
        -dll.

3.Jenis -Jenis Briket
Secara garis besar, jenis briket tergolong ke dalam dua kelompok besar yaitu briket batu bara dan briket biomasa.Berdasarkan bahan bakunya, briket biomasa terbagi lagi ke dalam beberapa jenis, diantaranya:
-          Briket tempurung kelapa,
-          Briket cangkang sawit,
-          Briket serbuk kayu/gergaji,
-          Briket ranting dan daun kering,
-          dll.


3.Dampak Negatif
Dampak-dampak negative yang sering terjadi dak\lam pembuatan briket serta pembakarannya antara lain:
        -  Susah dapat gergaji besi
        - Mampu memproduksi banyak asap,mengakibatkan pencemaran udara (polusi udara)
        - 
        - 


B.Serbuk Gergaji Kayu
1.pengertian serbuk gergaji kayu

Serbuk gergaji kayu adalah suatu bahan baku kayu yang diolah dan diiris dengan menggunakan alat (gergaji kayu) menjadi ampas-ampas kecil.
Limbah serbuk gergaji memiliki potensi yang cukup besar yang dapat digunakan sebagai bahan baku briket arang. Serbuk gergaji kayu yang selama ini menjadi limbah bagi perusahan dapat dijadikan menjadi sebuah peluang usaha dan peluang bisnis. Dengan bertambah tingginya harga minyak tanah sebagai bahan bakar untuk memasak maka serbuk kayu dapat dijadikan penggantinya dengan harga yang lebih murah.

Pada pengolahan kayu di industri perkayuan terutama industri kayu lapis dan kayu gergajian selain produk kayu lapis dan kayu gergajian diperoleh pula limbah kayu berupa potonghan kayu bulat (log). Namun sayangnya limbah dalam bentuk serbuk gergaji belum dimanfaatkan secara optimal, terutama hanya untuk bahan bakar boiler (atau dibakar tanpa pemanfaatan yang berarti menimbulkan masalah terhadap lingkungan (Febrianto et al. 1999).

Serbuk gergaji mengandung komponen-komponen kimia seperti selulosa, hemiselulosa, lignin dan zat ekstraktif.

 
                                                                                                                                   
BAB III. METODE PENELITIAN  

1.Alat dan bahan

Alat dan bahan yang kami pakai dalam memanfaatan briket dari serbuk gergaji kayu sebagai berikut:
a.Alat
  • Kaleng Sprite (Pencetak)
  • Kayu (Penekan)
  • Sendok Makan (Penakar tepung kanji)
  • Sandal Bekas (Alas pencetak)
  • Loyang (Tempat mengaduk serbuk kayu+Lem kanji)
  • Pisau Gergaji

b.Bahan
  • Serbuk Kayu
  • Tepung Kanji
  • Air

2.Pembuatan Briket

Terdapat beberapa langkah dalam pembuatan briket antara lain sebagai berikut:

1.  Tahap Pemrosesan
a)   Kaleng dipotong dengan pisau pada kedua ujungnya kemudian buat lubang - lubang kecil pada sisi kaleng.
b)   Sandal bekas dipotong sebesar diameter kaleng (berjumlah dua). Sepotong sandal dilubangi sebanyak lima lubang, sedangkan sepotong lainnya tidak.

2.  Tahap Pencampuran
a)      Ambil serbuk gergaji kayu sebanyak empat genggam tangan.Masukkan ke dalam loyang.
b)       Ambil lem kanji sebanyak empat sendok makan. Masukkan ke dalam loyang.
c)      Ukur air setinggi 1,5 cm (ukuran botol aqua…ml). Tuangkan ke dalam loyang..
d)     Campur, aduk sampai terlihat merata semua.


3.Tahap Percetakan
a)  Campuran bahan tersebut dimasukkan ke dalam kaleng sampai setinggi kaleng. Tutup dengan sepotong sandal yang tidak berlubang.
b)      Masukkan kayu atau botol sebesar diameter kaleng ke dalam lubang kaleng.Peras sampai airnya cukup kering.
c)      Keluarkan campuran bahan yang telah dipadatkan.
Bahan-bahan yang telah dicampurkan kemudian dipadatkan ini dinamakan Briket.

     4.Tahap Pengeringan
Briket yang masih basah itu kemudian dikeringkan dengan cara jemur selama kurang lebih dua hari. Jika tidak ada panas briket yang masih basah cukup didiamkan selama empat hari. Setelah kering briket pun siap digunakan.

3.Pembahasan

Dalam pembakaran briket serbuk gergaji kayu, saya menggunakan dua jenis serbuk kayu yaitu: “Serbuk gergaji kayu besi dan serbuk gergaji kayu putih”. Dari hasil penelitian yang saya telah lakukan ini, saya membahas bagaimana cara membakar suatu bahan alternatif pengganti kayu bakar atau bahan bakar minyak lainnya. Saya juga mencantumkan persamaan dan perbedaan dari kedua jenis  bahan bakar selama proses pembakaran.

Perbandingan antara kedua jenis serbuk gergaji kayu memiliki persamaan dan perbedaan.

1. Persamaan
         - Serbuk gergaji kayu besi dengan serbuk gergaji kayu putih sama-sama menyala

2. Perbedaan
§  Serbuk gergaji kayu besi
-          Ketika serbuk gergaji kayu besi dinyalakan, api tidak akan menyala melainkan akan membarah kemudian lama-kelamaan akan menyala.
-          Meskipun nyala api serbuk gergaji kayu besi habis, barah api tetap ada sampai briket tersebut dibakar habis (sampai jadi abu).
-          Selama pembakaran briket tersebut, briket ini sangat panas sehingga bisa memasak atau membakar sesuatu (berupa makanan,dll.) dengan baik.

§  Serbuk gergaji kayu putih
-          Ketika serbuk gergaji kayu putih dinyalakan, api akan cepat menyala. Nyala tersebut tidak tahan lama, hanya sekejap waktu saja. Demikian juga barah api.
-          Setiap kali barah api briket ditiup, maka padatan briket tersebut akan cepat hancur dan tidak terlalu panas, sehingga  apa yang mau dimasak atau dibakar membutuhkan waktu yang lama.

Ada beberapa penyebab kekurangan dan hancurnya suatu bahan yang telah dipadatkan (padatan briket serbuk gergaji kayu putih) selama tahap pemrosesan, tahap pengeringan, sampai pada pembakaran briket adalah sebagai berikut:
o   Serbuk gergaji kayu putih lebih memakan lem kanji yang lebih banyak dibandingkan serbuk gergaji kayu besi
o   Saat pengeringan, serbuk gergaji kayu putih mudah (akan) hancur walaupun dicampur dengan lem kanji, karena jenis serbuk gergaji kayu yang memang kasar dan apabila briket tersebut kena matahari, maka panas matahari itu masuk ke dalam rongga-rongga kecil sehingga rongga-rongga kecil itu diisi oleh energi kalor sehingga briket tidak bisa tertahan dan mengakibatkan kehancuran briket.
o   Saat pembakaran, ketika nyala api itu sudah habis (padam) kemudian kita meniup barah api maka bulatan briket tersebut akan hancur cepat. 


BAB IV. PENUTUP

1. Kesimpulan

2. Saran
  Saya menyarankan kepada kita semua (para pembaca makalah ilmiah) dengan topik “Pemanfaatan Serbuk Gergaji Kayu menjadi Briket” ini bahwa:
(1)   Perlu ditingkatkan pemanfaatan serbuk kayu yang berserakan di limbah industri  sebuk kayu maupun di mana saja.
(2) Sampai saat ini masyarakat Papua belum bahkan tidak mengetahui apa itu briket. Maka, perlu kami sarankan kepada seluruh masyarakat Papua agar setidak-tidaknya mengetahui tentang briket dan ingin mencoba memanfaatakan serbuk gergaji kayu menjadi briket. Dengan demikian, masyarakat akan kaya dalam arti menghemat pohon-pohon di hutan serta menghemat biaya pengeluaran untuk pembelian bahan bakar minyak (BBM).



3. Daftar Pustaka