Sabtu, 18 Juni 2016

Pembinaan Guru Agama Katholik Membawa Perubahan Generasi Muda Papua


 Deiyai. Bimas Katholik Kementarian Agama Provinsi Papua melaksanakan kegiatan dengan nama Pembinaan Guru Agama Katholik Regio Papua II bertempat di Aula Balai Aweida Paroki St.Yohanes Pemandi Waghete. Kegiatan ini dilaksanakan selama dua hari yakni hari Kamis sampai Jumat, 16 – 17 Juni 2016.
Pada hari pertama, kegiatan pembinaan dimulai pada pukul 09.00 WIT.Dalam sambutannya, Bapak Daniel Dakus, Kepala Bidang Bimas Katholik Kementerian Agama Provinsi Papua mengatakan bahwa tujuan dilaksanakan kegiatan ini adalah untuk meningkatkan kualitas pendidikan agama dan keagamaan Katholik dan memberi motivasi kepada guru- guru agama Katholik. Selain itu, memberi informasi tentang sertifikasi guru bagi guru agama yang belum sertifikasi.
Pelaksanaan kegitan ini dengan membentuk manusia di bumi Papua bahwa 100% orang Katholik. Artinya, kita tidak hanya meningkatkan kualitas keprofesionalan diri sebagai seorang guru agama, tetapi bertindak nyata dalam hidup menggereja di paroki, stasi, kombas dan beriman penuh kepada Tuhan.Harapannya, dengan pelaksanaan kegiatan ini, agar meningkatkan pengabdiannya sebagai tugas panggilan gereja, guru agama harus ketahui hal yang menjadi hak dan kewajiban mereka, dan guru agama Katholik yang belum sertifikasi agar dapat sertifikasi pada tahun 2017.
Pada kesempatan itu, Pastor John Bunai,Pr. sebagai pemateri menjelaskan bahwa kita harus mengenal diri saya, mengenal pelayanan saya, melihat tugas perutusan dan tugas mendidik itu tugas yang mulia. “Mereka sungguh setia, tekun melakukan semua untuk kemuliaan Tuhan” Lanjut Mantan Rektor Seminari Tinggi STFT Jayapura.
Pada pemaparan materi oleh P.John Bunai menyampaikan enam hal utama yakni lupakan masa lalu, terus berjuang untuk masa depan. Kristus ada dalam diri saya. Hidup adalah Kristus, bekerja untuk mengasilkan buah. Kamu adalah surat pujian sama dengan surat Kristus yang hidup. Kristus mengutus aku untuk mewartakan kabar baik. Ia adalah Rasul Yesus Kristus. Dan, siapa yang menabur di tempat yang tepat, maka akan menabur di sembarang tempat. Maka, lanjut Bunai “Saya dalah gurunya Tuhan”.
P.John mengaharapkan, dengan pemaparan materi ini dikatakan bahwa para pendidik dapat sungguh- sungguh menggarami dirinya, keluarganya di lingkungan dan dapat menjadi terang dalam kehidupan menggereja. Di sela- sela pemaparan materi, seorang peserta dalam pembinaan,Bapak Agustinus Pekei, guru Agama yang juga Ketua Dewan Paroki Waghete mengatakan “Kegiatan ini sangat membantu kami guru- guru. Harapannya agar acara ini dilaksanakan untuk kesinambungan, menumbuhkembangkan kinerja pelayanan dari pada guru- guru agama”. Sementara, guru agama SD YPPK Timida di Paniai, Bapak Lukas Kayame mengatakan “Terimakasih panitia telah memberikan pengetahuan, memberikan semangat pada kami guru- guru. Satu keluhan dari guru agama adalah tidak ada bantuan dari pemerintah saya berusaha ambil buku pelajaran pun tidak berhasil”.
Pada sesi berikut, materi diisi oleh Bapak Fransiskus Hariyanto, Ketua Panitia sekaligus tim dari Jayapura. Beliau mengenalkan tentang sertifikasi guru- guru yayasan, terutama guru agama yang belum sertifikasi. Pak Frans mengatakan “Tahun 2017 akan ada sertifikasi bagi guru- guru agama yang belum sertifikasi. Maka, bapak- ibu perlu menyiapkan semua kelengkapan untuk melengkapi persiapan sertifikasi”. Dalam sesi ini terlihat menarik dan hidup sebab, terdapat beberapa peserta yang bertanya seputar sertifikasi dan pemateri berusaha menjawab semua tanggapan serta pertanyaan dari para peserta pembinaan.
Pada hari kedua, kegiatan dimulai pada pukul 08.00 WIT. Kegiatan diawali dengan doa pembukaan dan selanjutnya diberi kesempatan kepada Pastor Mikhael Tekege,Pr. sebagai Kepala Sekolah Menengah Agama Katholik (SMAK) Aweidabi Deiyai, Ketua Sekolah Tinggi Katholik (STK) Touye Papa Deiyai sekaligus Pastor Paroki Epouto. Materi yang dipaparkan dalam sesi ini adalah pelayanan pastoral sekolah Katholik. “Sebagai guru agama, kita harus memperhatikan tujuan kita sebagai guru agama. Perlu diingat, direnungkan Kitab Suci di bawah terang Roh-kudus” tutur Pater Mikh.
Lanjutnya, beliau merasa senang bisa mensharingkan pengalamannya menjadi pastor paroki, kemudian menjadi anggota pengurus YPPK Tillemans Keuskupan Timika, sekaligus menangani dua sekolah yakni SMAK dan STK Touyee Papa.  Melakukan diskusi dan tanya- jawab dengan peserta pembinaan. Pada sesi tersebut, seorang peserta, Sr.Gestovany Degei, GM., guru SD YPPK Bomomani menyayangkan system pendidikan terutama pendidikan Katholik di Papua. “Mengapa sekolah- sekolah katolik di Papua lambat- laun menjadi macet?”  Tanya Sr.Ges.
Di akhir kegiatan, Bapak Silvester Yawalka, Mantan Guru Agama Katholik di SMP Negeri Waghete mengatakan “Secara pribadi, materi- materi yang diberikan dalam kegiatan pembinaan ini sangat mengena. Hal ini karena, apa yang disampaikan itu sangat sesuai dengan apa yang saya jalani dan alami selama ini. Dengan kegiatan ini, agar ada perubahan dalam melaksanakan tugas, meskipun saya kerja di kantor tetapi status saya adalah guru agama Katholik” tutur guru lama yang kini bekerja di kantor Dinas Pendidikan Kabupaten Deiyai. Sementara, Ibu Yustina Keiya, Guru agama Katholik di SD YPPK Uwebutu, Paniai mengharapkan “Dengan kegiatan pembinaan seperti, kita manusia bisa saling mengerti dan memahami, saling menjelaskan, agar kehidupan semakin diperbaharui terus”.
Peserta lain, Bapak Yusmus Dogomo, guru agama di SD YPPK Abaimaida Mapia mengatakan”Materi yang disajikan sangat baik dan berguna sebab di lapangan seringkali kita teukan hambatan. Dengan kegiatan ini memberikan kami pencerahan apa yang mestinya kami lakukan di lapangan”. Sementara peserta lain juga dari Mapia, Bapak Sesilius Tekege, guru agama di SD YPPK Donbosco Modio, Mapia mengatakan “Kegiatan ini memperkuat iman kami akan Tuhan bahwa setiap tindakan yang kami buat, selalu mengandalkan Tuhan”. Namun, peserta dari ketika kabupaten juga menyarankan agar dilaksanakan kegiatan pembianaan seperti ini lebih dari satu kali dalam setahun. Sebab, semangat kami terus diasah melalui pemahaman akan professional, pegogik, selain mempertajam iman akan Tuhan.
Ketika dilakukan wawancara dengan Ketua Panitia Kegiatan Pembinaan, Bapak Fransiskus Kariyanto menjelaskan “Kualitas pendidikan guru dan guru agama Katholik dengan pendekatan motivasi kepada guru- guru supaya panggilan mereka sebagai guru (perpanjang tangan Tuhan) dimurnikan kembali, sehingga ketika kerja, bukan untuk dirinya sendiri tetapi demi kemulian nama Tuhan”. Lanjutnya, “selama ini pendidikan dititikberatkan pada metodologi pembebalajaran sementara aspek spiritual kepribadin mereka menjadi kurang” tutunya. Beliau mengaharapkan, dengan kegiatan ini para guru agama Katholik dapat kembali bekerja dengan semangat yang baru, sambil tetap mengandalkan Tuhan dalam setiap kegiatan.

Oleh: Agustian Tatogo. Penulis pemula di Majalah Lintas Meepago