Sabtu, 18 April 2015

Diskusi Lepas: Kesadaran

Kamis, 26 Februari 2015

Ikatan Pelajar dan Mahasiswa Deiyai Yogyakarta dan Solo (IPMADE JOGJA-SOLO) mengadakan diskusi lepas dengan topik “Kesadaran”. Selain itu pula menindaklanjuti buletin edisi ke-7. Diskusi dilaksanakan pada hari kamis, 26/02/15 pukul 20.00 – 22.30 WIB  bertempat di Asrama Deiyai Yogyakarta.
Diskusi dibuka dengan doa oleh Agustinus Pekei. Diskusi ini terlihat sangat menarik karena setiap anggota yang mengikuti diskusi ini dapat memaparkan ide- ide tentang kesadaran. Mereka terlihat antusias dan proaktif  dalam mengikuti diskusi tersebut. Tujuan dilaksanakannya diskusi lepas adalah melatih cara menyampaikan ide dari tiap anggota yang hadir, termasuk melatih keberanian berbicara di depan umum.
Dari kata dasar, sadar berarti merenungkan  kembali atau merefleksikan kembali apa yang telah, sedang dan akan terjadi. Merenungkan berarti melihat kembali kemungkinan- kemungkinan yang akan terjadi ke depan, supaya di kemudian hari tidak menyesal.
Pemandu acara, Stefanus Bukega menjelaskan bahwa “Biasanya banyak orang sadar dan mulai merespon  ketika masalah benar- benar terjadi. Ketika masalah itu terjadi, barulah orang mulai sadar lalu menyesal. Penjelasan lain pula dijelaskan oleh Agustian Tatogo bahwa, “Kesalahan yang terjadi selama ini, orang sadar setelah suatu masalah menimpa padanya. Tetapi sebenarnya, kesadaran itu kita rasakan sebelum terjadi sesuatu hal. Misalnya, sadar akan diri sendiri terutama status kita sebagai mahasiswa yang besikap dewasa dan bertingka laku seperti orang dewasa”. 
Sementara menurut Yustinus TebaiSaya sering melalaikan nasehat dan teguran orang lain terutama orang tua. Suatu hal yang menurut saya baikbelum tentu menurut orang lain baik pula. Tetapi saya sadar ketika usia saya bertambah dewasa dan mampu membedakan mana yang baik dan mana yang buruk dari suatu masalah”. Anggota lain lagi, Fabianus Pigome menuturkan “Tuhan memberikan akal budi yang sehat, maka setiap individu diharuskan untuk sadar. Manusia hidup tanpa kesadaran mesti tidak disenangi oleh orang disekitarnya terutama kedua orang tua”
Selanjutnya Agustinus Pekei dengan tegas mengatakan” Tanpa kesadaran, kita tidak bisa dapatkan hal baru. Ketika kita sadar dan renungkan, maka kita dapat hasil. Jika kita sadar dan apa yang kita perbuat itu tanpa sadar diri maka sulit untuk mendapatkan sesuatu. Maka sebelum melangkah dan melakukan segala sesuatu, harus ada kesadaran dalam diri kita. Hal sejalan pula dijelaskan Feliks Pigome bahwa “Kita sebagai makhluk sosial, hal yang pertama kita lakukan adalah ‘sabar’. Dengan dasar kesabaran,  kita akan menemukan solusi yang tepat untuk menyikapi masalah hidup dan menemukan arti kata ‘sadar’. Seperti ketika pertikaian terjadi  antara kedua belah pihak untuk menyikapi emosional”.
Moses Douw melihat dan memahami secara luas “Kesadaran dihubungkan dengan falsafah hidup manusia Mee yakni Dou, Gai, Ekowai. Kita Mee berbeda dengan suku-suku lain, seperti Moni, Dani, dll. Maka orang tua mengajarkan kepada kita itu berpikir dulu. Jaman sekarang, karena budaya Mee yang sesungguhnya hilang dan kita juga ikut arus dalam budaya modern, sehingga budaya kita sudah semakin hilang. Lanjut Douw, “Sebelum kita keluar, kita harus pahami dulu dengan situasi yang terjadi di daerah kita. Pemerintah daerah saat ini tidak sadar. Contoh, penjualan tanah- tanah yang saat ini banyak terajdi di Meuwo. Misalnya pemerintah membuat suatu undang- undang agar tanah/ lahan tidak terjual habis. Dalam hal berkendara pun kita harus hati- hati. Salah satunya adalah menggunakan aksesoris motor dan berkendara dengan hati- hati
Terakhir, Fr. Marko Pekei menyampaikan “Kesadaran itu adalah kesadaran untuk merasa, kemampuan untuk mengenal itu manusia dan juga hewan. Dia bisa merasa di dalam diri dan juga di luar dirinya. Kesadaran itu akan nampak ketika orang itu berpikir, ketika orang itu berpikir setelah kita menaggapi sesuatu. Kesadaran itu juga berkaitan orang lain. Misalnya kesadaran dalam kehidupan bersama di asrama. Lanjut PekeiKesadaran berkaitan dengan ingatan kita. Misalnya, asal keluarga, mengingat kembali itu tandanya bahwa kita sadar akan sesuatu. Menjadi pertanyaan: orang itu hidup tapi dia tidak merasakan hidup, misalnya kesadaran makan, minum, dll. Kalau kita tahu bahwa itu membahayakan bagi kita maka kita dapat memperbaikinya. Tingkat kesadaran itu tejadi ketika orang mengenal dalam dirinya.
Pada pertemuan ini tidak hanya dibahas diskusi kesadaran saja, namun juga menindaklanjuti buletin IPMADE JOGJA-Solo “Woogada Wookebada” edisi ke-7. Topik utama pada edisi ke-7 ini adalah “Proteksi Keamanan Manusia Papua Di Tengah Perubahan”. Dalam sajian edisi ke-7 ini terdapat 12 topik akan dimuat. Tujuannya adalah untuk masalah- masalah yang terdapat pada masyarakat Papua. Selain itu, tulisan dalam edisi ini juga memberikan solusi atau jalan keluar dari permasalahan- permasalahan tersebut. Buletin edisi ke-7 ini akan diterbitkan pada bulan akhir bulan Maret 2015.
Diskusi lepas tentang kesadaran dan pembahasan tindak lanjut dari buletin Woogada Wookebada ini berakhir pada pukul 22.30 WIB. Sebagai doa penutup, Fr.Okto Pekei, yang hamba Tuhan memimpin doa.


Oleh: Fabianus Pigome dan Feliks Pigome

------------

Tidak ada komentar:

Posting Komentar