Guru
digugu dan ditiru artinya guru didengarkan dan diteladani. Siapa yang dapat
mendengarkan dan meneladinya? Ya, tentunya orang- orang yang mendengarkan dan
meneladaninya, dalam hal ini para anak didiknya, murid sekolahnya, para siswanya.
Guru adalah panutan serta teladan bagi para anak didiknya. Apapun yang
dilakukan guru, anak didiknya pasti mengikuti bahkan lebih lagi anak bisa
bereksperimen sendiri berdasarkan ilmu yang didapatkan dari gurunya. Oleh
karena itu muncullah sebuah istilah “guru
kencing berdiri, murid kencing berlari”. Para siswa itu punya ekplorasi
ilmu yang didapatkan dari gurunya di sekolah. Artinya, mereka dapat menjabarkan
suatu pengetahuan atau kadang salah presepsi terhadap ilmu yang diberikan
gurunya. Meskipun gurunya hanya memberikan pengetahuan X, namun anak didiknya
mengeksplorasi menjadi X+Y. Itulah yang disebut guru hanya kencing berdiri
(ditempat) tetapi siswa bereksplorasi sendiri menjadi kencing berdiri ditambah
lagi menjadi kencing sambil berlari.
Jika
gurunya mengajar sambil merokok dalam kelas, maka muridnya tidak hanya merokok
tetapi lebih dari itu yakni mengonsumsi minuman keras, ganja, narkoba, dll.
Jika gurunya pacaran dengan siswa di sekolah (di kelas), maka siswa melakukan
lebih dari sekedar gurunya yakni pergaulan bebas bahkan sampai hamil atau
mendapat berbagai penyakit misalnya salah satunya HIV AIDS. Jika gurunya tidak melihat
kerapihan dalam hal pakaian, maka anak didiknya lebih dari gurunya misalnya
siswa berangkat ke sekolah tidak mandi, tidak sisir, tidak rapih, menggunakan
pakaian tidak pantas sebagai seorang siswa, dsb.
Sebaliknya,
jika gurunya disiplin dalam hal waktu, maka anaknya disiplin tidaknya hanya
waktu tetapi disiplin tenaga. Jika gurunya rajin mengajar di sekolah, anaknya
pun semakin rajin. Jika gurunya rajin memberikan tugas, maka anaknya rajin
mengerjakan tugas. Tentunya, semua itu motivasi dari gurunya, maka guru hendaknya memberi motivasi, memberi
dorongan kepada anak didiknya. Filosofi dunia pendidikan yang dikemukan oleh Ki
Hajar Dewantara, dan itu menjadi semboyan pendidikan yakni “Tut Wuri Handayani”. Siswa harus dimotivasi, didorong untuk
belajar. Guru selalu menuntun siswa dalam mendapatkan ilmu pengatahuan
(belajar). Guru menuntunnya dari belakang, memantau kemajuan siswa. Hal ini
mengindikasikan bahwa sebenarnya siswalah yang banyak belajar (bukan guru).
Guru hanyalah fasilitator, pembimbing, yang memotivasi siswa, pendorong bagi
peserta didiknya. Maka dalam pembelajaran di kelas, siswa bereksperimen,
berlatih, menemukan pengetahuan dengan bimbingan guru. Pembelajaran itulah yang
disebut dengan model inquiry. Model inquiry adalah penemuan sendiri, siswa
bisa bereksplorasi sendiri pengetahuannya dengan motivasi dan bimbingan dari
gurunya. Dari penjelasan ini dapat dilihat bahwa pembelajaran di kelas berpusat
pada siswa.
Kurikulum
baru (kurikulum 2013) adalah kurikulum yang menerapkan proses pembelajaran
terpusat pada siswa. Maka siswa diharapkan dapat lebih aktif dalam menemukan
pengetahuan. Tentunya ada batasan- batasan agar siswa tidak terpencar
pengetahuannya dalam pembelajaran itu. maka guru perlu membatasi materi yang
akan dipelajari anak didinya. Maka, guru perlu menjelaskan materi secara
singkat (garis besar materi), tujuan pembelajarannya, indikator yang akan dicapai.
-------Salam AMDG---------
Tidak ada komentar:
Posting Komentar