Senin, 20 April 2015

GURU: diguGU dan ditiRU

Oleh: Agustian Tatogo, S.Pd.
Ki Hajar Dewantara.doc.
Guru digugu dan ditiru artinya guru didengarkan dan diteladani. Siapa yang dapat mendengarkan dan meneladinya? Ya, tentunya orang- orang yang mendengarkan dan meneladaninya, dalam hal ini para anak didiknya, murid sekolahnya, para siswanya. Guru adalah panutan serta teladan bagi para anak didiknya. Apapun yang dilakukan guru, anak didiknya pasti mengikuti bahkan lebih lagi anak bisa bereksperimen sendiri berdasarkan ilmu yang didapatkan dari gurunya. Oleh karena itu muncullah sebuah istilah “guru kencing berdiri, murid kencing berlari”. Para siswa itu punya ekplorasi ilmu yang didapatkan dari gurunya di sekolah. Artinya, mereka dapat menjabarkan suatu pengetahuan atau kadang salah presepsi terhadap ilmu yang diberikan gurunya. Meskipun gurunya hanya memberikan pengetahuan X, namun anak didiknya mengeksplorasi menjadi X+Y. Itulah yang disebut guru hanya kencing berdiri (ditempat) tetapi siswa bereksplorasi sendiri menjadi kencing berdiri ditambah lagi menjadi kencing sambil berlari.
Jika gurunya mengajar sambil merokok dalam kelas, maka muridnya tidak hanya merokok tetapi lebih dari itu yakni mengonsumsi minuman keras, ganja, narkoba, dll. Jika gurunya pacaran dengan siswa di sekolah (di kelas), maka siswa melakukan lebih dari sekedar gurunya yakni pergaulan bebas bahkan sampai hamil atau mendapat berbagai penyakit misalnya salah satunya HIV AIDS. Jika gurunya tidak melihat kerapihan dalam hal pakaian, maka anak didiknya lebih dari gurunya misalnya siswa berangkat ke sekolah tidak mandi, tidak sisir, tidak rapih, menggunakan pakaian tidak pantas sebagai seorang siswa, dsb.
Sebaliknya, jika gurunya disiplin dalam hal waktu, maka anaknya disiplin tidaknya hanya waktu tetapi disiplin tenaga. Jika gurunya rajin mengajar di sekolah, anaknya pun semakin rajin. Jika gurunya rajin memberikan tugas, maka anaknya rajin mengerjakan tugas. Tentunya, semua itu motivasi dari gurunya, maka  guru hendaknya memberi motivasi, memberi dorongan kepada anak didiknya. Filosofi dunia pendidikan yang dikemukan oleh Ki Hajar Dewantara, dan itu menjadi semboyan pendidikan yakni “Tut Wuri Handayani”. Siswa harus dimotivasi, didorong untuk belajar. Guru selalu menuntun siswa dalam mendapatkan ilmu pengatahuan (belajar). Guru menuntunnya dari belakang, memantau kemajuan siswa. Hal ini mengindikasikan bahwa sebenarnya siswalah yang banyak belajar (bukan guru). Guru hanyalah fasilitator, pembimbing, yang memotivasi siswa, pendorong bagi peserta didiknya. Maka dalam pembelajaran di kelas, siswa bereksperimen, berlatih, menemukan pengetahuan dengan bimbingan guru. Pembelajaran itulah yang disebut dengan model inquiry. Model inquiry adalah penemuan sendiri, siswa bisa bereksplorasi sendiri pengetahuannya dengan motivasi dan bimbingan dari gurunya. Dari penjelasan ini dapat dilihat bahwa pembelajaran di kelas berpusat pada siswa.

Kurikulum baru (kurikulum 2013) adalah kurikulum yang menerapkan proses pembelajaran terpusat pada siswa. Maka siswa diharapkan dapat lebih aktif dalam menemukan pengetahuan. Tentunya ada batasan- batasan agar siswa tidak terpencar pengetahuannya dalam pembelajaran itu. maka guru perlu membatasi materi yang akan dipelajari anak didinya. Maka, guru perlu menjelaskan materi secara singkat (garis besar materi), tujuan pembelajarannya, indikator yang akan dicapai.

-------Salam AMDG---------

Tidak ada komentar:

Posting Komentar