MAKALAH
MATEMATIKA
“TINGKAT
PEMAHAMAN PELAJARAN MATEMATIKA PADA SISWA SD SAAT LES SORE”
Untuk
Memenuhi Rencana Pengajaran di SD Timbulrejo, Maguwoharjo, Sleman, Yogyakarta
Dosen
Pembimbing: Dr.Yansen Marpaung
Oleh:
Agustian
Tatogo
(101414064)
PROGRAM
STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA
FAKULTAS
KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS
SANATA DHARMA YOGYAKARTA
2012
KATA
PENGANTAR
Puji syukur kami
haturkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa karena berkat-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan penyusunan makalah yang berjudul “Tingkat Pemahaman Pelajaran
Matematika SD saat Les Sore” ini dengan baik. Untuk menyusun makalah
ini, sebelumnya penulis telah melakukan berbagai percobaan mengajar dengan
memberi les sore kepada beberapa murid SD, SMP dan SMA. Namun pada kesempatan
ini, penulis hanya mengambil siswa SD sebagai obyek penelitian penulis.
Penulis berterimakasih
kepada Tuhan di mana telah membimbing penulis selama melakukan les sore kepada
beberapa siswa SD, serta dalam penyusunan makalah ini. Penulis juga
berterimakasih kepada Dr.Yansen Marpaung atas dukungannya selama penyusunan
makalah ini. Beliau adalah pembimbing penulis selama penyusunan makalah sampai
selesai.
Dalam penyusunan
makalah ini, penulis memiliki banyak kekurangan serta kesalahan dalam menutur
kata dan ejaan dalam penulisan. Bila Anda menemukan sesuatu kesalahan dalam
penyusunan makalah ini, penulis mengaharapkan saran dan kritik dari Anda semua.
Yogyakarta,
1 Oktober 2012
Penyusun
“TINGKAT
PEMAHAMAN PELAJARAN MATEMATIKA PADA SISWA SD SAAT LES SORE”
I.
PENDAHULUAN
1.
Latar
Balakang
Pada
saat ini pendidikan di Indonesia menjadi sorotan bagi berbagai kalangan. Bersamaan
dengan itu, anak- anak dari setiap keluarga diwajibkan untuk mengejang
pendidikan di sekolah. Ada orang tua murid yang memaksakan anaknya untuk
bersekolah atau menadapat ilmu secara formal. Namun, adapula orang tua yang
membiarkan anaknya melakukan apa saja yang dikehendaki anaknya.
Dalam
kehidupan kita sehari- hari, kita tidak terlepas dari matematika. Matematika
bisa kita jumpai di mana- mana, bahkan matematika telah menyatu dengan
kehidupan manusia. Namun, demikian, kita seakan- akan tidak menyadari bahwa
kita menggunakan matematika. Contohnya bernalar, berpikir, menyimpulkan suatu
permasalahan dengan baik.
Pelajaran/
pengetahuan tentang matematika itu tersusun (hirarkis). Matematika selalu
diberikan kepada siswa sejak siswa duduk di bangku dasar. Karena matematika itu
bersifat hirarkis, maka semakin meningkatnya jenjang studi, semakin pula
berkembangkan pengetahuan matematika hingga abstrak. Oleh sebab itu, seorang
siswa tidak bisa menerima mata pelajaran matematika pada sekolah lanjutan bila
dia tidak melalui proses pembelajaran saat sekolah dasar. Maka baik jika
matematika itu mulai diterapkan pada sekolah dasar.
2.
Ruang
Lingkup
Pada
penelitian dan penyusunan makalah ini, penulis membatasi hanya siswa SD dari
kelas III- VI yang bersekolah di SD Timbulrejo, Maguwoharjo, Sleman,
Yogyakarta. Siswa- siswa itu adalah orang- orang Jawa (suku Jawa).
3.
Rumusan
Masalah
a) Apakah
pelajaran matematika bagi para siswa SD?
b) Apakah
pelajaran matematika itu membosankan?
c) Faktor
apa yang memengaruhi mereka sehingga suka/ tidak suka terhadap pelajaran
matematika?
d) Apa
kesulitan siswa dalam pembelajaran matematika?
e) Apa
tanggapan mereka terhadap pelajaran matematika?
f) Apa
solusinya?
g) Apakah
penulis yang berbeda latar belakang: ras, budaya, agama, adat- istiadat yang
berbeda dari mereka ini menjadi pengahambat dalam pembelajaran matematika bagi
anak- anak Jawa?
h) Apa
tanggapan mereka dan orang tuanya terhadap penulis yang berbeda latar belakang
itu?
4.
Tujuan
Ada dua tujuan utama
yakni:
a. Memberi
les kepada anak SD ini adalah mempersiapkan diri untuk menghadapi masalah yang
besar di mana pada akhirnya penulis akan menjadi pendidik bagi generasi muda.
b. Penulis
menyusun makalah ini guna meneliti tingkat pemahaman siswa dalam pemebelajaran
matematika di SD, serta syarat untuk memenuhi pengajaran matematika pada SD
Timbulrejo.
5.
Metode
Metode
yang penulis gunakan dalam penyusunan makalah ini adalah dengan mengamati
siswa- siswi dalam menerima matematika sebagai sebuah pelajaran yang harus
diberikan kepada siswa pada saat usia dini. Penulis tidak meminta tanggapan
dari setiap siswa yang pernah les bersama penulis atau membagikan koesioner,
namun penulis mengamati sendiri tingkat pemahaman siswa terhadap pelajaran
matematika pada sekolah dasar pada saat les sore di rumah.
II.
PEMBAHASAN
1.
Definisi
Matematika
adalah ilmu yang mempelajari bagaimana cara bernalar, berpikir serta
menyimpulkan suatu masalah. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI),
matematika berasal dari bahasa Yunani: μαθηματικά - mathēmatiká adalah studi besaran, struktur, ruang, dan perubahan. Para matematikawan mencari berbagai pola, merumuskan konjektur baru, dan membangun kebenaran melalui metode deduksi yang kaku dari aksioma-aksioma dan definisi-definisi yang bersesuaian.
Dalam bukumya Jujun S.Suriasumantri yang berjudul “Filsafat Ilmu; Sebuah Pengantar Populer” (190:2009) mengatakan
bahwa, matematika adalah bahasa yang melambangkan serangkaian makna dari
pernyataan yang ingin kita sampaikan.
Dari
pemahaman matematika ini, kita dapat melihat bahwa matematika sebagai bahasa
sangat berguna dalam kehidupan kita sehari- hari. Manusia dalam kehidupan
sehari tidak terlepas dari matematika. Hal ini kita melihat di mana ada orang
yang mampu bernalar dengan baik, menyimpulkan suatu permasalah dengan cermat,
tepat pada sasaran. Bagi anak kecil, matematika sudah ada pada mereka namun
kerapkali mereka tidak menyadari bahwa apa yang mereka lakukan itu adalah ada
hubungannya dengan pengetahuan tentang matematika. Pada masa anak- anak ini,
matematika bersifat sederhana, konkret, serta berhubungan dengan kehidupan
nyata (konteks).
2.
Pelajaran
Matematika pada Sekolah Dasar (SD)
Seperti
telah dijelaskan pada bagian pertama di atas bahwa pelajaran matematika SD
adalah pelajaran paling mendasar dari pelajaran pada tingkat lanjutan.
Matematika itu bersifat hirarkis (tersusun) maka tentu pelajaran matematika SD
menjadi dasar bagi pelajaran matematika pada tingkat lanjutan. Pelajaran
matematika pada sekolah dasar (SD) masih bersifat seherhana, konkret, serta
berhubungan dengan kehidupan nyata.
Dalam
pembelajaran matermatika pada sekolah dasar, seorang guru diharapkan
mengkaitkan materi pembelajaran matematika dengan kehidupan nyata, atau benda-
benda konkret. Hal ini dilakukan supaya peserta didik mampu dan bisa menerima
mata pelajaran matematika yang diajarkan gurunya. Untuk mengembangkat minat
siswa dalam pembelajaran matematika, guru bisa mengganti- ganti metode mengajar
kepada siswa. Maka, guru juga diharapkan bisa menguasai strategi serta metode
yang digunakan dalam pembelajaran matematika di sekolah.
3.
Kesulitan
Siswa pada Pembelajaran Matematika SD
Banyak
orang mengatakan bahwa pelajaran matematika itu sangat sulit, padahal mereka
sindiri biasa mengunakan matematika dalam kehidupan sehari- hari. Hal ini
dikatakan demikian karena mereka tidak menyadari dan tidak mengalami matematika
secara formal. Bagi orang yang telah mengalami atau belajar matematika
mengatakan bahwa sebenarnya matematika itu tidak sulit. Mereka mengatakan
bahwa, kita berpikir sistematis, mampu bernalar, mampu menyimpulkan suatu
permasalahan dalam sehari- hari itu sudah cukup belajar matematika.
Hal
demikian juga dialami oleh siswa- siswa pada sekolah dasar. Bagi mereka,
pelajaran matematika adalah salah satu mata pelajaran yang sulit dipahami
mereka sehingga mereka tidak menyukainya.
4.
Faktor
yang mempengaruhi siswa dalam Pembelajaran Matematika SD
Ada
beberapa faktor yang memengaruhi siswa dalam pembelajaran matematika pada
sekolah dasar. Faktor- faktor tersebut diantaranya:
a) Siswa
mendengar dari pembicaraan orang tua atau teman- temanya bahwa matematika itu
mata pelajaran yang sulit. Perkataan ini akan memengaruhi siswa tersebut
sehingga minat serta motivasi untuk belajar matematika menjadi menurun dan pada
akhirnya siswa tersebut tidak akan menyukainya.
b) Proses
pembelajaran matematika yang dilakukan guru tidak tepat bagi siswanya sehingga
menimbulkan ketidakseriusan siswa dalam belajar matematika.
c) Dalam
pembelajaran matematika pada sekolah dasar, guru tidak mendisiplinkan siswanya.
5.
Dampak
Siswa SD dalam Pembelajarn Matematika
Pada
pembahasan tentang dampak pelajaran matematika terhadap siswa sekolah dasar
ini, penulis mengemukakan dua sisi yakni dampak terhadap pembelajaran di
sekolah dan dampak tehadap pembelajaran matematika pada saat belajar tambahan
(les sore).
a) Dampak
pembelajaran matematika pada siswa di sekolah itu bisa posotif dan bisa
negatif. Dampak positif bila guru mengajarkan
pelajaran matematika di sekolah dasar dengan baik, mendisiplinkan
siswanya dalam pembelajaran matematika serta guru melakukan pembelajaran
matematika berdasarkan aturan yang berlaku di sekolah. Selain itu, siswa juga
aktif dalam proses pembelajaran matematika tersebut. Dampak negatif bila yang tejadi sebaliknya.
b) Dampak
pembelajaran matematika pada saat belajar tambahan (les sore) di rumah.
Dari
hasil pengamatan penulis terhadap beberapa siswa-siswa SD yakni Rama, Ali,
Khavid, dan Tya dengan berturut- turut kelas 4, 4, 6, dan 6, proses
pembelajaran matematika pada saat les sore di rumah, ada dua dampak yang sering penulis temukan
dalam pembelajaran matematika pada saat les sore. Kedua dampak tersebut adalah
dampak positif dan dampak negatif, namun penulis menjelaskan dengan
menggabungkan kedua dampak.
Ø Penulis
telah melihat sifat- sifat dari setiap siswa yang belajar matematika besama-
sama. Dari sifat- sifat yang ada pada siswa tersebut, penulis mengamati juga
perilaku setiap siswa sehingga penulis mengemukakan ada beberapa sifat,
perilaku serta tingkat pemahaman siswa terhadap pembelajaran matematika. Sifat-
sifat tersebut antara lain:
·
Ada siswa yang pintar dan disiplin dalam
belajar. Dia mempunyai motivasi belajar yang tinggi. Latar belakang orang
tuanya mampu secara ekonomis, mengejang pendidikan sampai sarjana.
·
Ada siswa yang juga pintar namun sering
main- main sehingga terkadang tidak terfokus pada materi. Latar belakang orang
tuanya penjual makanan di warung makan dan petani.
·
Ada siswa yang pintar tetapi dia
terkadang menghayal. Hal ini diakibatkan karena di sering melihat makhluk halus
sehingga ketika kami belajar, dia sesering hilang ingatan sesaat. Orang tuanya
petani, ekonomisnya rendah.
·
Ada siswa yang kurang pintar dan nakal.
Siswa itu adalah siswa yang pada waktu kecil dia sering memukul- mukul
kepalanya sendiri sehingga untuk menerima pelajaran itu agak sulit (diingatkan
berkali- kali). Latar belakang orang tuanya mampu tingkat menengah.
Ø Dari
melihat sifat- sifat dan tingkah laku dari setiap siswa yang berbeda, penulis
akhirnya berpikir lagi bagaimana cara mendidik setiap siswa tersebut. Maka
untuk mengatasi perbedaan sifat ini, dalam pembelajaran matematika penulis
sering mengunakan alat peraga untuk menjelaskan suatu pokok bahasan atau mengawali
suatu poko bahasan. Misalnya: ketika belajar operasi penjumlahan, pengurangan,
perkalian dan pembangian, penulis menjelaskan dengan menggunakan buku, alat
tulis atau benda yang ada di depan mata kami atau pada saat musim buah
rambutan, kami belajar matematika dengan rambutan sebagai bahan pembelajaran matematika
kemudian kami makan bersama- sama. Penulis mencoba demikian karena penulis
telah mendapat pengetahuan bagaimana mendidik anak dengan baik dari berbagai
kalangan baik dari dosen maupun pergaulan dengan orang lain pada setiap hari. Apa
yang penulis praktikan itu ada yang bermanfaat dan ada yang kurang bermanfaat
bagi peserta didiknya. Maka saat ini pun penulis sering dimintai oleh orang tua
siswa dari lingkungan tempat tinggal penulis untuk memberi les sore pada anak-
anak mereka.
Ø Di
samping itu, penulis sebagai pembimbing les sore terkadang sulit untuk
mengatasi kenakalan peserta didik. Hal ini bisa terjadi karena di sekolah guru
tidak mendisiplinkan siswa sehingga kebiasaan itu masih terbawa sampai pada
saat les sore.
6.
Solusi
bagi Guru dan Siswa SD
Pada
pembahasan tadi, penulis telah berupaya keras untuk mengatasi kesulitan siswa
dalam pembelajaran matematika saat les sore di rumah dengan berbagai cara. Pada
bagian ini penulis akan menjelaskan bagaimana solusi untuk mengatasi kesulitan
siswa dalam pembelajaran matematika pada sekolah dasar serta menghidupkan dan
memengembangkan semangat belajar siswa.
a) Guru
di sekolah menerapkan aturan disiplin.
b) Guru
menjadi motivator bagi siswa.
c) Materi
yang diajarkan itu jangan keluar dari batas- batas pemikiran siswa.
d) Dalam
pembelajaran, guru sering menggunakan pendekatan kontekstual (Kontextual Teaching and Learning).
e) Guru
juga perlu menyediakan alat bantu, atau media dalam pembelajaran matematika.
f) Dalam
pembelajaran matematika, guru mengatur waktu dengan baik sehingga sesekali
belajar di luar kelas.
g) Bagi
siswanya yang kurang normal secara psikologis, sekolah harus menyediakan
seorang konselor untuk memberikan konseling dalam pembelajaran.
7. Multikultural dalam Pembelajaran
Matematika SD pada saat Les Sore
Penulis
adalah orang asli Papua. Jelas bahwa penulis dan para peserta didik adalah dua
budaya, suku, bahasa, ras, adat- istiadat, serta agama yang berbeda. Dalam hal
ini, penulis adalah orang Papua dan beragama Katholik sedangkan para peserta
didik adalah orang Jawa (suku Jawa) dan beragama Islam.
Dalam
pembelajaran matematika di sekolah maupun di luar sekolah, latar belakang
budaya, bahasa, adat- istiadat ini tidak menjadi persoalan bagi pendidik kalau
kita benar- benar mengerti bagaimana mendidik anak- anak dengan baik. Di
samping itu, para pendidik juga diharapkan paling tidak mengerti tentang
budaya, bahasa dari setiap peserta didik. Penulis sebagai orang luar Jawa,
mencoba mengenali budaya Jawa. Hal ini karena, bila kita tidak mengerti budaya
setempat atau kebiasaan setempat, apa yang kita ajarkan itu tidak sampai pada
peserta didik. Penulis juga mencoba memahami kebiasaan yang ada di Yogyakarta
khususnya daerah temapt tinggal penulis.
Meskipun
penulis lebih tua dari para peserta didik, penulis berusaha agar dalam
pembelajaran matematika, penulis menyamakan diri dengan mereka. Penulis juga
akan menjadi teman belajar bagi mereka ketika belajar di sekolah maupun di luar
sekolah. Pengalaman mendidik yang penulis alami ini sangat sederhana namun bagi
siswa/ peserta didik, hal demikian sangat bermanfaat bagi mereka.
III. KESIMPULAN
Pendidikan
matematika di Indonesia saat ini dipandang sebagai pelajaran yang sulit
ditangkap oleh kebanyakan orang/ peserta didik. Namun di sisi lain, mata
pelajaran menjadi suatu mata pelajaran yang diujiankan.
Beberapa
peserta didik sering mengeluh dengan pelajaran matematika. Mereka menganggap
pelajaran matematika sering menjadi beban bagi mereka, bahkan ada dari mereka
tidak mengerti tentang materi mata pelajaran yang diajarkan di sekolah maupun
di luar sekolah, seperti yang terjadi pada saat les di rumah. Untuk itulah,
seorang guru di harapkan memberi pelajaran kepada para peserta didik dengan
baik dan teratur agar peserta didik dapat dengan mudah memahami mata pelajaran
yang dianggap sulit bagi mereka.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar