Rabu, 24 Oktober 2012

MAKALAH MATEMATIKA


MAKALAH MATEMATIKA
“TINGKAT PEMAHAMAN PELAJARAN MATEMATIKA PADA SISWA SD SAAT LES SORE”
Untuk Memenuhi Rencana Pengajaran di SD Timbulrejo, Maguwoharjo,                Sleman, Yogyakarta
Dosen Pembimbing: Dr.Yansen Marpaung


Oleh:
Agustian Tatogo
(101414064)


PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA
2012

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami haturkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa karena berkat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan makalah yang berjudul “Tingkat Pemahaman Pelajaran Matematika SD saat Les Sore” ini dengan baik. Untuk menyusun makalah ini, sebelumnya penulis telah melakukan berbagai percobaan mengajar dengan memberi les sore kepada beberapa murid SD, SMP dan SMA. Namun pada kesempatan ini, penulis hanya mengambil siswa SD sebagai obyek penelitian penulis.
Penulis berterimakasih kepada Tuhan di mana telah membimbing penulis selama melakukan les sore kepada beberapa siswa SD, serta dalam penyusunan makalah ini. Penulis juga berterimakasih kepada Dr.Yansen Marpaung atas dukungannya selama penyusunan makalah ini. Beliau adalah pembimbing penulis selama penyusunan makalah sampai selesai.
Dalam penyusunan makalah ini, penulis memiliki banyak kekurangan serta kesalahan dalam menutur kata dan ejaan dalam penulisan. Bila Anda menemukan sesuatu kesalahan dalam penyusunan makalah ini, penulis mengaharapkan saran dan kritik dari Anda semua.





                                                                                                                         Yogyakarta, 1 Oktober 2012

                                                                                                                                 Penyusun







“TINGKAT PEMAHAMAN PELAJARAN MATEMATIKA PADA SISWA SD SAAT LES SORE”

I.       PENDAHULUAN
1.      Latar Balakang
Pada saat ini pendidikan di Indonesia menjadi sorotan bagi berbagai kalangan. Bersamaan dengan itu, anak- anak dari setiap keluarga diwajibkan untuk mengejang pendidikan di sekolah. Ada orang tua murid yang memaksakan anaknya untuk bersekolah atau menadapat ilmu secara formal. Namun, adapula orang tua yang membiarkan anaknya melakukan apa saja yang dikehendaki anaknya.
Dalam kehidupan kita sehari- hari, kita tidak terlepas dari matematika. Matematika bisa kita jumpai di mana- mana, bahkan matematika telah menyatu dengan kehidupan manusia. Namun, demikian, kita seakan- akan tidak menyadari bahwa kita menggunakan matematika. Contohnya bernalar, berpikir, menyimpulkan suatu permasalahan dengan baik.
Pelajaran/ pengetahuan tentang matematika itu tersusun (hirarkis). Matematika selalu diberikan kepada siswa sejak siswa duduk di bangku dasar. Karena matematika itu bersifat hirarkis, maka semakin meningkatnya jenjang studi, semakin pula berkembangkan pengetahuan matematika hingga abstrak. Oleh sebab itu, seorang siswa tidak bisa menerima mata pelajaran matematika pada sekolah lanjutan bila dia tidak melalui proses pembelajaran saat sekolah dasar. Maka baik jika matematika itu mulai diterapkan pada sekolah dasar.
2.      Ruang Lingkup
Pada penelitian dan penyusunan makalah ini, penulis membatasi hanya siswa SD dari kelas III- VI yang bersekolah di SD Timbulrejo, Maguwoharjo, Sleman, Yogyakarta. Siswa- siswa itu adalah orang- orang Jawa (suku Jawa).
3.      Rumusan Masalah
a)   Apakah pelajaran matematika bagi para siswa SD?
b)   Apakah pelajaran matematika itu membosankan?
c)   Faktor apa yang memengaruhi mereka sehingga suka/ tidak suka terhadap pelajaran matematika?
d)  Apa kesulitan siswa dalam pembelajaran matematika?
e)   Apa tanggapan mereka terhadap pelajaran matematika?
f)    Apa solusinya?
g)   Apakah penulis yang berbeda latar belakang: ras, budaya, agama, adat- istiadat yang berbeda dari mereka ini menjadi pengahambat dalam pembelajaran matematika bagi anak- anak Jawa?
h)   Apa tanggapan mereka dan orang tuanya terhadap penulis yang berbeda latar belakang itu?
4.      Tujuan
Ada dua tujuan utama yakni:
a.       Memberi les kepada anak SD ini adalah mempersiapkan diri untuk menghadapi masalah yang besar di mana pada akhirnya penulis akan menjadi pendidik bagi generasi muda.
b.      Penulis menyusun makalah ini guna meneliti tingkat pemahaman siswa dalam pemebelajaran matematika di SD, serta syarat untuk memenuhi pengajaran matematika pada SD Timbulrejo.
5.      Metode
Metode yang penulis gunakan dalam penyusunan makalah ini adalah dengan mengamati siswa- siswi dalam menerima matematika sebagai sebuah pelajaran yang harus diberikan kepada siswa pada saat usia dini. Penulis tidak meminta tanggapan dari setiap siswa yang pernah les bersama penulis atau membagikan koesioner, namun penulis mengamati sendiri tingkat pemahaman siswa terhadap pelajaran matematika pada sekolah dasar pada saat les sore di rumah.




II.    PEMBAHASAN
1.      Definisi
Matematika adalah ilmu yang mempelajari bagaimana cara bernalar, berpikir serta menyimpulkan suatu masalah. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), matematika berasal dari bahasa Yunani: μαθηματικά - mathēmatiká adalah studi besaran, struktur, ruang, dan perubahan. Para matematikawan mencari berbagai pola, merumuskan konjektur baru, dan membangun kebenaran melalui metode deduksi yang kaku dari aksioma-aksioma dan definisi-definisi yang bersesuaian. Dalam bukumya Jujun S.Suriasumantri yang berjudul “Filsafat Ilmu; Sebuah Pengantar Populer” (190:2009) mengatakan bahwa, matematika adalah bahasa yang melambangkan serangkaian makna dari pernyataan yang ingin kita sampaikan.
Dari pemahaman matematika ini, kita dapat melihat bahwa matematika sebagai bahasa sangat berguna dalam kehidupan kita sehari- hari. Manusia dalam kehidupan sehari tidak terlepas dari matematika. Hal ini kita melihat di mana ada orang yang mampu bernalar dengan baik, menyimpulkan suatu permasalah dengan cermat, tepat pada sasaran. Bagi anak kecil, matematika sudah ada pada mereka namun kerapkali mereka tidak menyadari bahwa apa yang mereka lakukan itu adalah ada hubungannya dengan pengetahuan tentang matematika. Pada masa anak- anak ini, matematika bersifat sederhana, konkret, serta berhubungan dengan kehidupan nyata (konteks).
2.      Pelajaran Matematika pada Sekolah Dasar (SD)
Seperti telah dijelaskan pada bagian pertama di atas bahwa pelajaran matematika SD adalah pelajaran paling mendasar dari pelajaran pada tingkat lanjutan. Matematika itu bersifat hirarkis (tersusun) maka tentu pelajaran matematika SD menjadi dasar bagi pelajaran matematika pada tingkat lanjutan. Pelajaran matematika pada sekolah dasar (SD) masih bersifat seherhana, konkret, serta berhubungan dengan kehidupan nyata.
Dalam pembelajaran matermatika pada sekolah dasar, seorang guru diharapkan mengkaitkan materi pembelajaran matematika dengan kehidupan nyata, atau benda- benda konkret. Hal ini dilakukan supaya peserta didik mampu dan bisa menerima mata pelajaran matematika yang diajarkan gurunya. Untuk mengembangkat minat siswa dalam pembelajaran matematika, guru bisa mengganti- ganti metode mengajar kepada siswa. Maka, guru juga diharapkan bisa menguasai strategi serta metode yang digunakan dalam pembelajaran matematika di sekolah.
3.      Kesulitan Siswa pada Pembelajaran Matematika SD
Banyak orang mengatakan bahwa pelajaran matematika itu sangat sulit, padahal mereka sindiri biasa mengunakan matematika dalam kehidupan sehari- hari. Hal ini dikatakan demikian karena mereka tidak menyadari dan tidak mengalami matematika secara formal. Bagi orang yang telah mengalami atau belajar matematika mengatakan bahwa sebenarnya matematika itu tidak sulit. Mereka mengatakan bahwa, kita berpikir sistematis, mampu bernalar, mampu menyimpulkan suatu permasalahan dalam sehari- hari itu sudah cukup belajar matematika.
Hal demikian juga dialami oleh siswa- siswa pada sekolah dasar. Bagi mereka, pelajaran matematika adalah salah satu mata pelajaran yang sulit dipahami mereka sehingga mereka tidak menyukainya.
4.      Faktor yang mempengaruhi siswa dalam Pembelajaran Matematika SD
Ada beberapa faktor yang memengaruhi siswa dalam pembelajaran matematika pada sekolah dasar. Faktor- faktor tersebut diantaranya:
a)      Siswa mendengar dari pembicaraan orang tua atau teman- temanya bahwa matematika itu mata pelajaran yang sulit. Perkataan ini akan memengaruhi siswa tersebut sehingga minat serta motivasi untuk belajar matematika menjadi menurun dan pada akhirnya siswa tersebut tidak akan menyukainya.
b)      Proses pembelajaran matematika yang dilakukan guru tidak tepat bagi siswanya sehingga menimbulkan ketidakseriusan siswa dalam belajar matematika.
c)      Dalam pembelajaran matematika pada sekolah dasar, guru tidak mendisiplinkan siswanya.
5.      Dampak Siswa SD dalam Pembelajarn Matematika
Pada pembahasan tentang dampak pelajaran matematika terhadap siswa sekolah dasar ini, penulis mengemukakan dua sisi yakni dampak terhadap pembelajaran di sekolah dan dampak tehadap pembelajaran matematika pada saat belajar tambahan (les sore).
a)      Dampak pembelajaran matematika pada siswa di sekolah itu bisa posotif dan bisa negatif. Dampak positif bila guru mengajarkan  pelajaran matematika di sekolah dasar dengan baik, mendisiplinkan siswanya dalam pembelajaran matematika serta guru melakukan pembelajaran matematika berdasarkan aturan yang berlaku di sekolah. Selain itu, siswa juga aktif dalam proses pembelajaran matematika tersebut. Dampak negatif  bila yang tejadi sebaliknya.
b)      Dampak pembelajaran matematika pada saat belajar tambahan (les sore) di rumah.
Dari hasil pengamatan penulis terhadap beberapa siswa-siswa SD yakni Rama, Ali, Khavid, dan Tya dengan berturut- turut kelas 4, 4, 6, dan 6, proses pembelajaran matematika pada saat les sore di rumah,  ada dua dampak yang sering penulis temukan dalam pembelajaran matematika pada saat les sore. Kedua dampak tersebut adalah dampak positif dan dampak negatif, namun penulis menjelaskan dengan menggabungkan kedua dampak.
Ø  Penulis telah melihat sifat- sifat dari setiap siswa yang belajar matematika besama- sama. Dari sifat- sifat yang ada pada siswa tersebut, penulis mengamati juga perilaku setiap siswa sehingga penulis mengemukakan ada beberapa sifat, perilaku serta tingkat pemahaman siswa terhadap pembelajaran matematika. Sifat- sifat tersebut antara lain:
·         Ada siswa yang pintar dan disiplin dalam belajar. Dia mempunyai motivasi belajar yang tinggi. Latar belakang orang tuanya mampu secara ekonomis, mengejang pendidikan sampai sarjana.
·         Ada siswa yang juga pintar namun sering main- main sehingga terkadang tidak terfokus pada materi. Latar belakang orang tuanya penjual makanan di warung makan dan petani.
·         Ada siswa yang pintar tetapi dia terkadang menghayal. Hal ini diakibatkan karena di sering melihat makhluk halus sehingga ketika kami belajar, dia sesering hilang ingatan sesaat. Orang tuanya petani, ekonomisnya rendah.
·         Ada siswa yang kurang pintar dan nakal. Siswa itu adalah siswa yang pada waktu kecil dia sering memukul- mukul kepalanya sendiri sehingga untuk menerima pelajaran itu agak sulit (diingatkan berkali- kali). Latar belakang orang tuanya mampu tingkat menengah.
Ø  Dari melihat sifat- sifat dan tingkah laku dari setiap siswa yang berbeda, penulis akhirnya berpikir lagi bagaimana cara mendidik setiap siswa tersebut. Maka untuk mengatasi perbedaan sifat ini, dalam pembelajaran matematika penulis sering mengunakan alat peraga untuk menjelaskan suatu pokok bahasan atau mengawali suatu poko bahasan. Misalnya: ketika belajar operasi penjumlahan, pengurangan, perkalian dan pembangian, penulis menjelaskan dengan menggunakan buku, alat tulis atau benda yang ada di depan mata kami atau pada saat musim buah rambutan, kami belajar matematika dengan rambutan sebagai bahan pembelajaran matematika kemudian kami makan bersama- sama. Penulis mencoba demikian karena penulis telah mendapat pengetahuan bagaimana mendidik anak dengan baik dari berbagai kalangan baik dari dosen maupun pergaulan dengan orang lain pada setiap hari. Apa yang penulis praktikan itu ada yang bermanfaat dan ada yang kurang bermanfaat bagi peserta didiknya. Maka saat ini pun penulis sering dimintai oleh orang tua siswa dari lingkungan tempat tinggal penulis untuk memberi les sore pada anak- anak mereka.
Ø  Di samping itu, penulis sebagai pembimbing les sore terkadang sulit untuk mengatasi kenakalan peserta didik. Hal ini bisa terjadi karena di sekolah guru tidak mendisiplinkan siswa sehingga kebiasaan itu masih terbawa sampai pada saat les sore.

6.         Solusi bagi Guru dan Siswa SD
Pada pembahasan tadi, penulis telah berupaya keras untuk mengatasi kesulitan siswa dalam pembelajaran matematika saat les sore di rumah dengan berbagai cara. Pada bagian ini penulis akan menjelaskan bagaimana solusi untuk mengatasi kesulitan siswa dalam pembelajaran matematika pada sekolah dasar serta menghidupkan dan memengembangkan semangat belajar siswa.
a)      Guru di sekolah menerapkan aturan disiplin.
b)      Guru menjadi motivator bagi siswa.
c)      Materi yang diajarkan itu jangan keluar dari batas- batas pemikiran siswa.
d)     Dalam pembelajaran, guru sering menggunakan pendekatan kontekstual (Kontextual Teaching and Learning).
e)      Guru juga perlu menyediakan alat bantu, atau media dalam pembelajaran matematika.
f)       Dalam pembelajaran matematika, guru mengatur waktu dengan baik sehingga sesekali belajar di luar kelas.
g)      Bagi siswanya yang kurang normal secara psikologis, sekolah harus menyediakan seorang konselor untuk memberikan konseling dalam pembelajaran.
7.      Multikultural dalam Pembelajaran Matematika SD pada saat Les Sore
Penulis adalah orang asli Papua. Jelas bahwa penulis dan para peserta didik adalah dua budaya, suku, bahasa, ras, adat- istiadat, serta agama yang berbeda. Dalam hal ini, penulis adalah orang Papua dan beragama Katholik sedangkan para peserta didik adalah orang Jawa (suku Jawa) dan beragama Islam.
Dalam pembelajaran matematika di sekolah maupun di luar sekolah, latar belakang budaya, bahasa, adat- istiadat ini tidak menjadi persoalan bagi pendidik kalau kita benar- benar mengerti bagaimana mendidik anak- anak dengan baik. Di samping itu, para pendidik juga diharapkan paling tidak mengerti tentang budaya, bahasa dari setiap peserta didik. Penulis sebagai orang luar Jawa, mencoba mengenali budaya Jawa. Hal ini karena, bila kita tidak mengerti budaya setempat atau kebiasaan setempat, apa yang kita ajarkan itu tidak sampai pada peserta didik. Penulis juga mencoba memahami kebiasaan yang ada di Yogyakarta khususnya daerah temapt tinggal penulis.
Meskipun penulis lebih tua dari para peserta didik, penulis berusaha agar dalam pembelajaran matematika, penulis menyamakan diri dengan mereka. Penulis juga akan menjadi teman belajar bagi mereka ketika belajar di sekolah maupun di luar sekolah. Pengalaman mendidik yang penulis alami ini sangat sederhana namun bagi siswa/ peserta didik, hal demikian sangat bermanfaat bagi mereka.

III. KESIMPULAN
Pendidikan matematika di Indonesia saat ini dipandang sebagai pelajaran yang sulit ditangkap oleh kebanyakan orang/ peserta didik. Namun di sisi lain, mata pelajaran menjadi suatu mata pelajaran yang diujiankan.
Beberapa peserta didik sering mengeluh dengan pelajaran matematika. Mereka menganggap pelajaran matematika sering menjadi beban bagi mereka, bahkan ada dari mereka tidak mengerti tentang materi mata pelajaran yang diajarkan di sekolah maupun di luar sekolah, seperti yang terjadi pada saat les di rumah. Untuk itulah, seorang guru di harapkan memberi pelajaran kepada para peserta didik dengan baik dan teratur agar peserta didik dapat dengan mudah memahami mata pelajaran yang dianggap sulit bagi mereka.






Tidak ada komentar:

Posting Komentar