Kamis, 11 Oktober 2012

Jesuit dalam Hidup Agustian


Agustian berasal dari Waghete, sebuah kecamatan sekitar 200 Km dari Nabire, di mana Jesuit mengelola sebuah paroki. Berkat Pater T. Puspodianto, SJ dan Br. Norbert Mujiyana, SJ, ia bisa tinggal di Wisma Jesuit selama menempuh pendidikan di SMA Adhi Luhur. Di residensi ini ia bertemu sepuluh Jesuit yang lain.
“Di wisma, semua Jesuit itu mengajariku dengan baik. Mereka mengajariku bagaimana menghayati panggilan hidup saya sebagai seorang pelajar, tekun menyelesaikan suatu permasalahan. Di sekolah pun mereka dan para guru yang lain mengajariku baik. Salah satu guru dan sekaligus orangtuaku adalha P. Christoporus Aria Prabantara, SJ alias Rama Tito,” tulis Agustian dalam sebuah email kepadaku.
“Gus, apa maksudmu menyebut Rama Tito sebagai orangtuamu? Apakah karena ia tampak sebagai yang paling tua dengan rambut putihnya itu?”
Ia melanjutkan email itu, “Rama Tito selalu kubanggakan. Beliau memberikan motivasi untuk belajar. Untuk mencoba hal-hal yang belum kucoba. Beliau selalu menginspirasiku untuk tekun belajar dalam berbagai hal. Saya di sekolah tidak begitu pintar, tetapi beliau selalu di sampingku untuk mendorong saya terus maju ke depan. Saya tidak begitu pintar, tetapi kenapa Rama Tito mau mencarikan beasiswa untuk saya?”
Ketika di SMA, Agustian adalah salah satu dari tiga penerima beasiswa yang diupayakan oleh Rama Tito dari sebuah perkumpulan orang Katolik di Amerika.
“Mungkin alasan Rama memberiku beasiswa adalah karena ketekunanku yang tinggi dalam belajar meskipun prestasi akademikku biasa-biasa saja. Selain itu, sangat jelas, orangtua kandungku tidak mampu membiayaiku. Rama Tito tahu bahwa selama di SMP, sebagian uang sekolahku ditanggung oleh Rama Puspa dan Bruder Norbert. Sebagian lagi ditanggung oleh mamaku.”
Menyimak email Agustian, aku teringat pada kalimat di The Alchemist Paulo Coelho yang sangat favorit. Kurang lebih begini bunyinya, “Ketika Anda sungguh-sungguh menginginkan sesuatu, seluruh alam raya ini akan membantu Anda untuk mewujudkan impian itu.”

Oleh: Yohanes Supriyono


Tidak ada komentar:

Posting Komentar