Berikut ini diceritakan perjalanan saya dari Jogja- Wonosari
ke Pantai Kukup:
Sebelum melakukan perjalanan ke Pantai Kukup, pada jumat
malam, saya menginap di Asrama Kamasan I bersama Kak Marchel Yogi. Pada hari
sabtu, 1 September 2012, saya berangkat dari asrama kamasan pada pukul 06.00
WIB. Saya tidak membawa bekal berupa makanan atau minuman. Saya hanya membawa
uang sebesar Rp6.000,-. Saya berjalan melewati Ring Road Timur sampai di
Piyungan pada pukul 06.45 WIB. Meskipun lapar, saya bertahan lapar karena
melihat jumlah uang yang sedikit. Saya berpikiran bahwa uang Rp6.000,- ini saya
tidak akan beli sesuatu pun kecuali biaya sepeda kalau sepedaku rusak.
Mulai dari Piyungan itu, jalannya menanjak dan berkelak-
kelok. Sepanjang jalan menanjak ke puncak gunung itu, sepeda saya tuntun tetapi
kalau jalannya agak datar maka saya menaiki sepeda. Tibalah saya di perbatasan
Piyungan dengan daerah Patuk yang masuk Kab.Gunung Kidul pada pukul 07.25 WIB.
Saya merasa kelelahan, kepala saya pusing maka saya pun istirahat di depan
salah satu hotel yang terletak di perbatasan Piyungan dengan Patuk itu. Tidak
lama kemudian, muncullah seorang bapak. beliau juga menggunakan sepeda dan
sedang melakukan perjalanan ke Wonosari tetapi beliau akan langsung balik ke
Jogja dari Wonosari. Setelah kami berkenalan, bapak itu bernama Risman. Beliau
berumur 63 tahun tetapi beliau masih kuat bersepeda sampai ke tempat- tempat
jauh. Beliau menggunakan sepeda gunung sedangkan saya menggunakan sepeda
“jadul” itu. Kami istirahat di tempat itu sekitar satu jam.
Pada pukul 08.15 WIB, kami pun berangkat ke Wonosari. Sebelum
mencapai puncak gunung Patuk itu, stir sepeda saya patah sehingga terpisah
antara stir dengan bagian tubuh sepeda. Saya tidak tahu mengapa stir itu tiba-
tiba terputus padahal sebelumnya tidak ada tanda- tanda mau putus. Pak Risman
bertanya kepadaku: Agus mau kembali ke Jogja atau masih mau tetap lanjut ke
Wonosari? Saya menjawab: saya tetap lanjut ke Pantai Kukup. Akhirnya kami pun
mulai jalan tapi sepeda saya tuntun sampai di puncak gunung Patuk. Setelah tiba
di puncak Patuk itu pada pukul 08.20 WIB, saya bertanya kepada Pak Risman: Pak,
kalau bapak mau mendahaului saya ke Wonosari juga tidak masalah! Beliau
mengatakan: Kita sama- sama jalan, saya menemanimu.
Kami pun berjalan kea rah Wonosari. Satu tangan pegang stir
yang terpisah dengan badan sepeda sedangkan satu tangan lainnya memegang
tangkai stir untuk mengemudikan sepeda. Kami tiba di suatu daerah sebelum
Playen, di situ ada bengkel las. Bengkel la situ buka namun orangnya tidak ada
sehingga kami menunggunya selama kurang lebih satu jam. Akhirnya, pada pukul
09.00 WIB datanglah orang yang punya bengkel las itu. Saya memasukkan sepedaku
ke dalam bengkel untuk di-las stir yang sudah terputus. Pak Risman setia
menemaniku. Beliau luar biasa. Biaya las sepeda itu sebesar Rp5.000,-. Saya pun
membayar uang sesuai yang diminta tukang las sehingga di saku saya tersisa
hanya Rp1.000,-.
Pada pukul 09.20 WIB kami pun mulai berangkat. Kami tiba di
daerah Playen pada pukul 09.50 WIB. Kami masuk di suatu warung soto. Kami
istirahat sambil makan soto dan minum es teh. Karena soto itu enak maka kami
masing- masing makan dua porsi. Semua biaya makan dibayarkan Pak Risman. Saya
sangat berterimakasih kepadanya karena saat saya lapar dan haus, beliau
membelikanku makan dan minum. Menurutku ini luar biasa. Setelah sekian lama
istirahat yakni pukul 10.45 WIB kami berangkat lagi ke WQonosari. Kami tiba di
Wonosari kota tepatnya di pertigaan ke Pantai Baron pada pukul 11.30 WIB. Dari
situ, kami pun berpisah satu sama lain. Pak Risman kembali ke Jogja, sedang
saya melanjutkan perjalananku ke arah Pantai Baron.
Mulai dari kota Wonosari, jalan menuju Pantai Baron tersebut
menurun dan berkelak- kelok. Meskipun jalannya menurun, saya sering merasa
kelelahan, jalan yang sangat terjal. Saya
menyetir dengan hati- hati namun saya sering tidak mengerem karena kalau
di-rem, saya kuatir rem bisa rusak, yang penting saya menyetir dengan sangat
hati- hati karena jalan menurun juga sekaligus tikungan tajam. Saya tiba di
Pantai Kukup pada pukul 13.30 WIB. Setibanya di Pantai Kukup, saya merasa haus.
Saya membeli es teh namun harganya Rp3.000,- padahal uang saya hanya Rp1.000,-.
Saya pun meminjam uang sebesar Rp2.000,- pada teman saya yang ada di sana.
Akhirnya saya membeli es teh dan minum sehingga rasa hausnya menurun.
Pada malam harinya, saya mengikuti serangkain kegiatan Malam
Keakraban (Makrab) yang diadakan oleh Ikatan Palajar dan Mahasiswa dari empat
kabupaten yakni Kab.Paniai, Kab.Nabire, Kab.Deiyai, dan Kab.Dogiyai yang biasa
disingkat IPMANADODE (Ikatan Palajar dan Mahasiswa Paniai, Nabire, Deiyai dan
Dogiyai).
By: Agustat
Tidak ada komentar:
Posting Komentar