Rabu, 12 Desember 2012

TOUR KE SEMARANG

-->
Pada hari sabtu, 17 november 2012, saya berangkat dari kost Paingan. Maguwoharjo. Tujuan saya touring ini adalah melihat Simpang Lima dan Tugu Muda serta melihat Peninggalan Belanda (Lawangsewu) di Semarang. Selain itu, saya mau menjelajahi pulau Jawa. Saya berangkat dari kost paingan pada pukul 05.15 WIB. saya melewati Ring Road Timur dan tiba di Jl.Jogja-Solo. Saya menyusuri jalan tersebut dan tiba di Klaten pada pukul 06.15 WIB. saya tidak berhenti namun terus mengayuh sepeda ke arah Jatinom. Saya tiba di tengah- tengah persawahan di daerah Jatinom pada pukul 06.45 WIB. saya pun istirahat di daerah tersebut selama 15 menit.
Pukul 07.00 WIB, saya berangkat lagi ke arah Jatinom kota. Saya pun tiba di kota kecamatan Jatinom pada pukul 07.30 WIB. Saya berlanjut lagi ke arah Mojosongo. Dalam perjalanan ke Mojosongo, saya bertemu dengan seseorang bernama Jimmy. Beliau juga sedang pulang ke rumahnya di daerah Tulung. Kami berpisah di daerah Tulung. Saya berlanjut lagi ke arah Mojosongo dan tiba di sana pada pukul 07.50 WIB. saya istirahat di suatu warung sambil makan bakso. Setelah istirahat sekitar satu jam, saya pun lanjut mengayuh sepeda ke arah Boyolali. Saya tiba di depan Universitas Boyolali pada pukul 09.30 WIB. jalannya menanjak, saya berhenti dan istiharat selama 40 menit di suatu tempat di Boyolali.
Pada pukul 10.10 WIB, saya berangkat lagi ke arah Ampel. Dalam perjalanan ke Ampel, saya bertemu dengan seorang kakek. Kakek itu bernama Padimin. Beliau sedang menarik gerobak kayu yang berisi potongan- potongan kayu serta rerumputan untuk makanan hewan. Hatiku merasa belas kasihan. Meskipun saya tidak sanggup saat itu, saya tetap membantu kakek tua itu menarik gerobak. Ternyata gerobak terlalu berat. Beliau menarik gerobak melewati tanjakan jalan. Saya salut dengannya karena orangnya sudah tua sekali sedangkan gerobak yang beliau tarik itu sangat berat tetapi beliau punya semangat yang tinggi sehingga dapat menyelesaikan masalah beratpun (dalam hal ini menarik gerobak yang berat). Setelah mengantarnya sampai di puncak bukit, saya pun kembali mengambil sepeda saya. Saya merasa senang dan gembira. Semangatku pun puli kembali secara utuh.
Saya melanjutkan perjalanan lagi ke arah Ampel. Saya berhenti di suatu warung untuk istirahat dan minum es kelapa. Saya istirahat sekitar 45 menit. Pukul 11.15 WIB, saya pun berangkat lagi menuju Salatiga. Saya tiba di kota Salatiga pada pukul 13.05 WIB. Saya tidak berhenti di Salatiga namun saya berlanjut lagi ke arah Bawen. Saya sempat menikmati pemandangan di jemabatan antara Salatiga dan Bawen. Karena hujan, saya berhenti di perkebunan kopi daerah Bawen tepatnya di warung tempat jualan es kelapa. Sambil tunggu hujan meredah, saya pun istirahat sekitar satu jam. Setelah hujan meredah, saya pun mulai berangkat ke arah Bawen. Saya tiba di Bawen, saya terus mengayuh sepeda ke arah Ungaran. Saya tiba di Girisonta pada pukul 15.00 WIB.
Mulai dari Bawen itu jalannya menurun jadi saya lebih semangat lagi meskipun masih hujan. Paling repotnya lagi ketika saya tiba di bukit Banyumanik. Jalannya terlalu menurun sehingga saya hanya bisa nuntun sepeda, tidak berani menaiki sepeda karena takutnya rem torpedo akan rusak. Dalam perjalanan menurun itu, saya sempat bermain- main dengan tiga anak SD yang bermain di pinggir jalan. Saya pun berlanjut lagi ke arah kota Semarang dan saya tiba di Simpang Lima pada pukul 16.10 WIB.
Di Simpang Lima itu, saya bertemu dengan seorang satpam. Setelah kami berkenalan, beliau adalah mantan tentara AL. Beliau bernama Danang. Kami berngobrol selama 25 menit. Saya pun berpamitan untuk pergi menikmati pemandangan dan mengambil foto di Tugu Muda. Tugu Muda itu dikelilingi oleh beberapa bangunan seperti Gedung Diponegoro, Gereja Katolik, Museum peninggalan Belanda (Lawangsewu) serta beberapa bangunan. Saya pun kembali ke Simpang Lima untuk menemui pak Danang. Saya kok merasa lapar, sehingga sambil kembali ke Simpang Lima, saya mencari- cari warung untuk makan. Dalam perjalanan ke Simpang Lima, saya bertemu dengan dua orang, setelah mengetahui agamanya, mereka beragama Nasrani. Saat itu mereka membawa nasi gudeg. Mereka menawari saya, saya pun berterima kasih pada mereka. Mereka mengatakan padaku: “Tuhan berbicara dalam hatiku bahwa nasi ini akan berguna bagi orang lain. Jadi mungkin anda orangnya”. Setelah makan nasi gudeg itu, saya pun kembali ke Simpang Lima.
Saya tidak langsung menemui pak Danang, namun saya sempat menikmati pemandangan malam hari di alun- alum Simpang Lima. Seperti biasanya, setiap malam minggu, Simpang Lima selalu ramai, kendaraan juga ramai, begitupun warga Semarang. Saya pun menikmati indahnya malam minggu sambil makan kacang tanah. Pukul 19.30 WIB, saya pun kembali menemui Pak Danang. Di sana tidak hanya pak Danang namun ada temannya juga. Beliau bernama Pak Fiqri. Kamipun berngobrol lama, akhirnya datang juga salah satu satpam. Beliau bernama Yusup. Semakin malam, beberapa karyawan pun datang dan canda ria pun meningkat. Mereka memberi tempat untuk saya nginap. Akhirnya, kami tidur bersama- sama di atas kursi di alam terbuka. Meskipun dingin, kami tetap menikmati dinginnya malam hari.
Pada keesokan harinya, kami bangun pada 05.30 WIB. kami duduk santai di pos satpam sampai pukul 06.00 WIB. Seperti biasanya, setiap hari minggu pagi, warga Semarang olah raga bersama, yakni sepeda santai, senam bersama kemudian bagi- bagi hadiah. Kami menikmati keramaian di pusat kota Semarang itu. Pukul 07.30 WIB, saya pun berpamitan pada Pak Danang, Pak Fiqri, Pak Yusup serta beberapa karyawan untuk pulang ke Jogja. Saya dan pak Fiqri bersama- sama pulang ke arah Banyumanik. Sampai di Banyumanik, beliau pulang ke rumahnya, sedangkan saya melanjutkan perjalananku ke arah Uangaran. Saya masih melewati tanjakan sebelum semarang. Meskipun pagi, saya mulai lelah, namun saya punya semangat tinggi sehingga apapun medannya saya tetap melaluinya.
Saya terus melaju ke arah Ungaran, saya tiba di depan warung es kelapa pada pukul 09.30 WIB. Saya pun bertemu dengan seorang bapak. Beliau juga sedang olah raga bersepeda. Kemudian datanglah seorang bapak juga sedang melakukan perjalanan. Kami minum es kelapa bersama. Biaya minum es kelapa tersebut ditanggung oleh seorang bapak tadi. Saya berterimakasih padanya. Pada saat saya hendak pulang, datanglah seorang bapak. Beliau bernama Arif Arson biasa di panggil pak Ambon. Beliau menahan saya untuk berteman serta berngobrol. Pak Ambon itu orangnya ramah, beliau suka berteman terhadap siapapun, tidak memandang ras, agama, suku, latar belakang. Beliau mengatakan: “Saya mencari teman, bukan mencari musuh”. Akhirnya, beliau mengajakku untuk makan di warung. Kami pun makan bersama serta berfoto bersama. Saya berterimaksih padanya karena semua biaya makan, beliau yang tanggung. Pukul 11.00 WIB, kami pun berpisah. Saya melanjutkan perjalananku ke arah Bawen.
Saya tiba di puncak bukit Bawen pada pukul 11.45 WIB. Di puncak bukit Bawen itu, roda depan sepeda saya bocor sehingga saya masukkan di bengkel untuk ditambal. Saya berkenalan dengan tukang servis. Beliau bernama Andri. Beliau berasal dari Bayat, Klaten. Biaya tambal ban sebesar Rp2.000,-. Sebenarnya, biayanya Rp5.000,- tetapi karena saya tidak punya uang pecah- pecah sehingga saya hanya bayar Rp2.000,-. Meskipun bantuannya sedikit, saya berterimaksih padanya karena beliau mau menerima apa adanya.
Pukul 12.30 WIB, saya lanjut mengayuh sepeda ke arah Ambarawa. Saya tiba di depan Masjid Aguang Ambarawa pada pukul 13.15 WIB. Saya naik lagi ke Goa Maria Kerep Ambarawa. Saya masuk dan berdoa dan istirahat bersama para satpam selama satu setengah jam. Pukul 14.30, saya lanjut perjalanan ke arah Jambu. Saya tiba di suatu warung di daerah Jambu. Saya makan siang di warung di pinggri jalan tersebut. Saya istirahat sekalian cas hp. Saya istirahat selama satu jam.
Pukul 16.00 WIB, saya pun berangkat. Mulai dari Ambarawa itu, jalannya menanjak sampai di Secang. Setelah beberapa kilometer dari warung makan itu, hujan pun turun. Sepeda saya tuntun, saya melewati daerah Pingsurat, Kab.Temanggung sampai ke Secang. Daerah Paingsurat itu, karena hujan deras maka saya pun mengenakan mantel hujan. Meskipun hujan, saya terus mengayuh sepeda. Mulai Secang, jalannya menurun sampai ke Magelang. Kalau pengendara motor, mobil atau sepeda tidak hati- hati, kendarannya bisa tergelincir karena jalannya menurun dan rawan licin. Hal demikian yang terjadi di daerah Secang, sekelompok anak muda- mudi yang sedang melakukan perjalanan mengalami kecelakaan. Satu motor mengalami kecelakaan karena tidak hati- hati dalam menyetir motor sampai jatuh ke samping mengakibatkan kaca spion bagian kanan patah namun untungnya penunpangnya tidak mengalami luka sedikitpun.
Saya tiba di gerbang masuk kota Magelang dari Secang yang bertuliskan “Magelang Kota Seribu Bunga” pada pukul 18.20 WIB. Akhirnya, saya tiba di Kota Magelang pada pukul 19.00 WIB. saya tidak berhenti di Magelang, namun saya melanjutkan perjalanku ke arah Muntilan karena hari sudah malam. Hujan ini mendukung saya dalam perjalanan. Kalau jalanan tidak basah, saya sulit untuk mengayuh sepeda, tetapi untunglah ada hujan sehingga saya dengan mudah mengayuh sepeda dan tidak terlalu kelelahan. Saya pun tiba di Muntilan pada pukul 19.20 WIB. Rantai sepeda pun sering terlepas sehingga saya pun hati- hati mengayuh sepeda. Di daerah Muntilan, saya minta air putih kepada ibu yang sedang jualan nasi kuning di salah satu warung di pinggir jalan. Beliau terbuka dan mengabulkan permintaan saya. Saya berterimakasih padanya.
Saya lanjutkan perjalanan lagi ke arah Salam. Saya tiba di Salam pada pukul 19.45 WIB. saya berhenti dan masuk di suatu angkringan di pinggir jalan. Pemilik angkringan juga terbuka terhadap siapapun sehingga beliau menerima saya dan menawari saya makan buah salak. Setengah jam kemudian datanglah dua anak muda mereka adalah Afandi. Beliau kuliah di salah satu Universitas di Jogja. Afandi bersama temannya yang baru saja lulus dari SMA. Kami berngobrol lama di angkringan. Makan malam dan minum saya, dibayar Afandi. Saya berterimakasih padanya. Pukul 21.20 WIB, kami berpisah. Afandi dan temannya lebih dahulu pulang ke Jogja sedangkan saya dari belakang menyusulnya. Meskipun hujan, saya tetap mengayuh sepeda. Saya tiba di depan Gereja Katolik Mlati pada pukul 21.50 WIB.
Saya tidak melewati Ring Road namun saya melewati jalan potong. Setelah saya tiba di Ngemplak, ban depan sepada kembali bunyi thong…thong… ternyata bannya pecah. Karena sudah malam, maka semua warung, bengkel sudah tutup. Akhirnya sepanjang jalan, saya nuntun sepeda sampai kost. Meskipun hujan, lelah, mangantuk, basah, dll., saya tetap menuntunya sampai ke kost. Akhirnya saya tiba di kost Paingan, Maguwoharjo pada pukul 21.00 WIB.
Demikian cerita perjalanan saya menggunakan sepeda onthel dari jogja- Klaten- Jatinom- Mojosongo- Boyolali- Ampel- Salatiga- Bawen- Ungaran- Banyumanik- Semarang. Kembali dari Semarang- Banyumanik-Ungaran- Bawen- Ambarawa- Jambu- Pingsurat- Secang- Magelang- Muntilan- Salam- Tempel- Paingan, Maguwoharjo, Sleman, Yogyakarta.
Silakan lihat dokumentasi foto- foto di facebookku. Thanks. GBU.

By: Agustatogo

3 komentar:

  1. waaaahhhh keren banget ke semarang naik sepeda :D padahal jaoooohh banget itu :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. ya...lumayan jauh....tp jenengan belum baca ceritaku yang ke jawa timur...hehehehehhe......

      Hapus