Pada hari sabtu, 17
november 2012, saya berangkat dari kost Paingan. Maguwoharjo. Tujuan saya
touring ini adalah melihat Simpang Lima dan Tugu Muda serta melihat Peninggalan
Belanda (Lawangsewu) di Semarang. Selain itu, saya mau menjelajahi pulau Jawa.
Saya berangkat dari kost paingan pada pukul 05.15 WIB. saya melewati Ring Road
Timur dan tiba di Jl.Jogja-Solo. Saya menyusuri jalan tersebut dan tiba di
Klaten pada pukul 06.15 WIB. saya tidak berhenti namun terus mengayuh sepeda ke
arah Jatinom. Saya tiba di tengah- tengah persawahan di daerah Jatinom pada
pukul 06.45 WIB. saya pun istirahat di daerah tersebut selama 15 menit.
Pukul 07.00 WIB, saya
berangkat lagi ke arah Jatinom kota. Saya pun tiba di kota kecamatan Jatinom
pada pukul 07.30 WIB. Saya berlanjut lagi ke arah Mojosongo. Dalam perjalanan
ke Mojosongo, saya bertemu dengan seseorang bernama Jimmy. Beliau juga sedang
pulang ke rumahnya di daerah Tulung. Kami berpisah di daerah Tulung. Saya
berlanjut lagi ke arah Mojosongo dan tiba di sana pada pukul 07.50 WIB. saya
istirahat di suatu warung sambil makan bakso. Setelah istirahat sekitar satu
jam, saya pun lanjut mengayuh sepeda ke arah Boyolali. Saya tiba di depan
Universitas Boyolali pada pukul 09.30 WIB. jalannya menanjak, saya berhenti dan
istiharat selama 40 menit di suatu tempat di Boyolali.
Pada pukul 10.10 WIB,
saya berangkat lagi ke arah Ampel. Dalam perjalanan ke Ampel, saya bertemu
dengan seorang kakek. Kakek itu bernama Padimin. Beliau sedang menarik gerobak
kayu yang berisi potongan- potongan kayu serta rerumputan untuk makanan hewan.
Hatiku merasa belas kasihan. Meskipun saya tidak sanggup saat itu, saya tetap
membantu kakek tua itu menarik gerobak. Ternyata gerobak terlalu berat. Beliau
menarik gerobak melewati tanjakan jalan. Saya salut dengannya karena orangnya
sudah tua sekali sedangkan gerobak yang beliau tarik itu sangat berat tetapi beliau
punya semangat yang tinggi sehingga dapat menyelesaikan masalah beratpun (dalam
hal ini menarik gerobak yang berat). Setelah mengantarnya sampai di puncak
bukit, saya pun kembali mengambil sepeda saya. Saya merasa senang dan gembira.
Semangatku pun puli kembali secara utuh.
Saya melanjutkan perjalanan
lagi ke arah Ampel. Saya berhenti di suatu warung untuk istirahat dan minum es
kelapa. Saya istirahat sekitar 45 menit. Pukul 11.15 WIB, saya pun berangkat
lagi menuju Salatiga. Saya tiba di kota Salatiga pada pukul 13.05 WIB. Saya
tidak berhenti di Salatiga namun saya berlanjut lagi ke arah Bawen. Saya sempat
menikmati pemandangan di jemabatan antara Salatiga dan Bawen. Karena hujan,
saya berhenti di perkebunan kopi daerah Bawen tepatnya di warung tempat jualan
es kelapa. Sambil tunggu hujan meredah, saya pun istirahat sekitar satu jam.
Setelah hujan meredah, saya pun mulai berangkat ke arah Bawen. Saya tiba di
Bawen, saya terus mengayuh sepeda ke arah Ungaran. Saya tiba di Girisonta pada
pukul 15.00 WIB.
Mulai dari Bawen itu
jalannya menurun jadi saya lebih semangat lagi meskipun masih hujan. Paling
repotnya lagi ketika saya tiba di bukit Banyumanik. Jalannya terlalu menurun
sehingga saya hanya bisa nuntun sepeda, tidak berani menaiki sepeda karena
takutnya rem torpedo akan rusak. Dalam perjalanan menurun itu, saya sempat
bermain- main dengan tiga anak SD yang bermain di pinggir jalan. Saya pun
berlanjut lagi ke arah kota Semarang dan saya tiba di Simpang Lima pada pukul
16.10 WIB.
Di Simpang Lima itu,
saya bertemu dengan seorang satpam. Setelah kami berkenalan, beliau adalah
mantan tentara AL. Beliau bernama Danang. Kami berngobrol selama 25 menit. Saya
pun berpamitan untuk pergi menikmati pemandangan dan mengambil foto di Tugu
Muda. Tugu Muda itu dikelilingi oleh beberapa bangunan seperti Gedung
Diponegoro, Gereja Katolik, Museum peninggalan Belanda (Lawangsewu) serta
beberapa bangunan. Saya pun kembali ke Simpang Lima untuk menemui pak Danang. Saya
kok merasa lapar, sehingga sambil kembali ke Simpang Lima, saya mencari- cari
warung untuk makan. Dalam perjalanan ke Simpang Lima, saya bertemu dengan dua orang,
setelah mengetahui agamanya, mereka beragama Nasrani. Saat itu mereka membawa
nasi gudeg. Mereka menawari saya, saya pun berterima kasih pada mereka. Mereka
mengatakan padaku: “Tuhan berbicara dalam hatiku bahwa nasi ini akan berguna
bagi orang lain. Jadi mungkin anda orangnya”. Setelah makan nasi gudeg itu,
saya pun kembali ke Simpang Lima.
Saya tidak langsung
menemui pak Danang, namun saya sempat menikmati pemandangan malam hari di alun-
alum Simpang Lima. Seperti biasanya, setiap malam minggu, Simpang Lima selalu
ramai, kendaraan juga ramai, begitupun warga Semarang. Saya pun menikmati
indahnya malam minggu sambil makan kacang tanah. Pukul 19.30 WIB, saya pun kembali
menemui Pak Danang. Di sana tidak hanya pak Danang namun ada temannya juga.
Beliau bernama Pak Fiqri. Kamipun berngobrol lama, akhirnya datang juga salah
satu satpam. Beliau bernama Yusup. Semakin malam, beberapa karyawan pun datang
dan canda ria pun meningkat. Mereka memberi tempat untuk saya nginap. Akhirnya,
kami tidur bersama- sama di atas kursi di alam terbuka. Meskipun dingin, kami
tetap menikmati dinginnya malam hari.
Pada keesokan harinya,
kami bangun pada 05.30 WIB. kami duduk santai di pos satpam sampai pukul 06.00
WIB. Seperti biasanya, setiap hari minggu pagi, warga Semarang olah raga
bersama, yakni sepeda santai, senam bersama kemudian bagi- bagi hadiah. Kami
menikmati keramaian di pusat kota Semarang itu. Pukul 07.30 WIB, saya pun
berpamitan pada Pak Danang, Pak Fiqri, Pak Yusup serta beberapa karyawan untuk
pulang ke Jogja. Saya dan pak Fiqri bersama- sama pulang ke arah Banyumanik.
Sampai di Banyumanik, beliau pulang ke rumahnya, sedangkan saya melanjutkan
perjalananku ke arah Uangaran. Saya masih melewati tanjakan sebelum semarang.
Meskipun pagi, saya mulai lelah, namun saya punya semangat tinggi sehingga
apapun medannya saya tetap melaluinya.
Saya terus melaju ke
arah Ungaran, saya tiba di depan warung es kelapa pada pukul 09.30 WIB. Saya
pun bertemu dengan seorang bapak. Beliau juga sedang olah raga bersepeda.
Kemudian datanglah seorang bapak juga sedang melakukan perjalanan. Kami minum
es kelapa bersama. Biaya minum es kelapa tersebut ditanggung oleh seorang bapak
tadi. Saya berterimakasih padanya. Pada saat saya hendak pulang, datanglah
seorang bapak. Beliau bernama Arif Arson biasa di panggil pak Ambon. Beliau
menahan saya untuk berteman serta berngobrol. Pak Ambon itu orangnya ramah,
beliau suka berteman terhadap siapapun, tidak memandang ras, agama, suku, latar
belakang. Beliau mengatakan: “Saya mencari teman, bukan mencari musuh”.
Akhirnya, beliau mengajakku untuk makan di warung. Kami pun makan bersama serta
berfoto bersama. Saya berterimaksih padanya karena semua biaya makan, beliau
yang tanggung. Pukul 11.00 WIB, kami pun berpisah. Saya melanjutkan
perjalananku ke arah Bawen.
Saya tiba di puncak bukit
Bawen pada pukul 11.45 WIB. Di puncak bukit Bawen itu, roda depan sepeda saya
bocor sehingga saya masukkan di bengkel untuk ditambal. Saya berkenalan dengan
tukang servis. Beliau bernama Andri. Beliau berasal dari Bayat, Klaten. Biaya
tambal ban sebesar Rp2.000,-. Sebenarnya, biayanya Rp5.000,- tetapi karena saya
tidak punya uang pecah- pecah sehingga saya hanya bayar Rp2.000,-. Meskipun
bantuannya sedikit, saya berterimaksih padanya karena beliau mau menerima apa
adanya.
Pukul 12.30 WIB, saya
lanjut mengayuh sepeda ke arah Ambarawa. Saya tiba di depan Masjid Aguang
Ambarawa pada pukul 13.15 WIB. Saya naik lagi ke Goa Maria Kerep Ambarawa. Saya
masuk dan berdoa dan istirahat bersama para satpam selama satu setengah jam.
Pukul 14.30, saya lanjut perjalanan ke arah Jambu. Saya tiba di suatu warung di
daerah Jambu. Saya makan siang di warung di pinggri jalan tersebut. Saya
istirahat sekalian cas hp. Saya istirahat selama satu jam.
Pukul 16.00 WIB, saya
pun berangkat. Mulai dari Ambarawa itu, jalannya menanjak sampai di Secang.
Setelah beberapa kilometer dari warung makan itu, hujan pun turun. Sepeda saya
tuntun, saya melewati daerah Pingsurat, Kab.Temanggung sampai ke Secang. Daerah
Paingsurat itu, karena hujan deras maka saya pun mengenakan mantel hujan. Meskipun
hujan, saya terus mengayuh sepeda. Mulai Secang, jalannya menurun sampai ke
Magelang. Kalau pengendara motor, mobil atau sepeda tidak hati- hati,
kendarannya bisa tergelincir karena jalannya menurun dan rawan licin. Hal
demikian yang terjadi di daerah Secang, sekelompok anak muda- mudi yang sedang
melakukan perjalanan mengalami kecelakaan. Satu motor mengalami kecelakaan
karena tidak hati- hati dalam menyetir motor sampai jatuh ke samping
mengakibatkan kaca spion bagian kanan patah namun untungnya penunpangnya tidak
mengalami luka sedikitpun.
Saya tiba di gerbang
masuk kota Magelang dari Secang yang bertuliskan “Magelang Kota Seribu Bunga”
pada pukul 18.20 WIB. Akhirnya, saya tiba di Kota Magelang pada pukul 19.00
WIB. saya tidak berhenti di Magelang, namun saya melanjutkan perjalanku ke arah
Muntilan karena hari sudah malam. Hujan ini mendukung saya dalam perjalanan.
Kalau jalanan tidak basah, saya sulit untuk mengayuh sepeda, tetapi untunglah
ada hujan sehingga saya dengan mudah mengayuh sepeda dan tidak terlalu kelelahan.
Saya pun tiba di Muntilan pada pukul 19.20 WIB. Rantai sepeda pun sering
terlepas sehingga saya pun hati- hati mengayuh sepeda. Di daerah Muntilan, saya
minta air putih kepada ibu yang sedang jualan nasi kuning di salah satu warung
di pinggir jalan. Beliau terbuka dan mengabulkan permintaan saya. Saya
berterimakasih padanya.
Saya lanjutkan
perjalanan lagi ke arah Salam. Saya tiba di Salam pada pukul 19.45 WIB. saya
berhenti dan masuk di suatu angkringan di pinggir jalan. Pemilik angkringan
juga terbuka terhadap siapapun sehingga beliau menerima saya dan menawari saya
makan buah salak. Setengah jam kemudian datanglah dua anak muda mereka adalah
Afandi. Beliau kuliah di salah satu Universitas di Jogja. Afandi bersama
temannya yang baru saja lulus dari SMA. Kami berngobrol lama di angkringan.
Makan malam dan minum saya, dibayar Afandi. Saya berterimakasih padanya. Pukul
21.20 WIB, kami berpisah. Afandi dan temannya lebih dahulu pulang ke Jogja
sedangkan saya dari belakang menyusulnya. Meskipun hujan, saya tetap mengayuh
sepeda. Saya tiba di depan Gereja Katolik Mlati pada pukul 21.50 WIB.
Saya tidak melewati
Ring Road namun saya melewati jalan potong. Setelah saya tiba di Ngemplak, ban
depan sepada kembali bunyi thong…thong… ternyata bannya pecah. Karena sudah
malam, maka semua warung, bengkel sudah tutup. Akhirnya sepanjang jalan, saya
nuntun sepeda sampai kost. Meskipun hujan, lelah, mangantuk, basah, dll., saya
tetap menuntunya sampai ke kost. Akhirnya saya tiba di kost Paingan, Maguwoharjo
pada pukul 21.00 WIB.
Demikian cerita
perjalanan saya menggunakan sepeda onthel dari jogja- Klaten- Jatinom-
Mojosongo- Boyolali- Ampel- Salatiga- Bawen- Ungaran- Banyumanik- Semarang.
Kembali dari Semarang- Banyumanik-Ungaran- Bawen- Ambarawa- Jambu- Pingsurat-
Secang- Magelang- Muntilan- Salam- Tempel- Paingan, Maguwoharjo, Sleman,
Yogyakarta.
Silakan lihat
dokumentasi foto- foto di facebookku. Thanks. GBU.
waaaahhhh keren banget ke semarang naik sepeda :D padahal jaoooohh banget itu :D
BalasHapusya...lumayan jauh....tp jenengan belum baca ceritaku yang ke jawa timur...hehehehehhe......
Hapussalam kenal
BalasHapus