MATEMATIKA SMA
KELAS X SEMESTER 2
LOGIKA MATEMATIKA
Untuk : Minde
(SMA St.Maria
Yogyakarta)
Disiapkan Oleh :
Agustian Tatogo
A.
LOGIKA
1.
Definisi
v
Pernyataan/proposisi adalah kalimat yang bernilai benar atau salah tetapi tidak
kedua-duanya.
Contoh:
v
3 adalah bilangan prima = Benar
v
3 adalah bilangan bulat =
Salah
v Kalimat terbuka adalah kalimat yang
masih mengandung variabel, sehingga belum dapat ditentukan nilai kebenarannya (benar atau
salah). Kalimat terbuka
tersebut dapat diubah menjadi bentuk pernyataan, jika variabelnya diganti
dengan suatu konstanta.
Contoh :
F
Kalimat
terbuka : x + 5 = 9
Jika variabelnya
diganti dengan 4 maka 4 + 5 = 9 (pernyataan benar)
F
Jika
variabelnya diganti dengan 7 maka 7 + 5 = 13 (Pernyataan salah)
v
Beberapa istilah yang perlu diketahui.
v Variabel
Huruf x disebut variable. Sebuah variable mewakili sembarang
anggota dalam semesta pembicaraan ( himpunan pengganti ).
Contoh:
x2 + 3x – 4 = 0
v Konstanta
Pada kalimat ”x2 + 3x - 4 = 0 ”, bilangan-bilangan
1 , 3 , -4 dan 0 disebut konstanta.
Suatu konstanta hanya mewakili anggota tertentu dalam semesta pembicaraan.
2. Pernyataan Majemuk
v Apabila suatu pernyataan terdiri
lebih dari satu pernyataan maka diantara satu pernyataan dengan pernyataan
lainnya dibutuhkan suatu kata penghubung sehingga diperoleh suatu pernyataan
majemuk.
v Untuk Logika matematika ada 5 macam
penghubung pernyataan yaitu ingkaran (negasi) (tidak), konjungsi (dan),
disjungsi (atau),implikasi(jika…maka…) dan biimplikasi (jika
dan hanya jika).
Operasi
Logika
|
Penghubung
|
Lambang
|
Ingkaran
|
Tidak, non
|
![]() |
Konjungsi
|
Dan
|
![]() |
Disjungsi
|
Atau
|
![]() |
Implikasi
|
Jika….maka….
|
![]() |
Biimplikasi
|
Jika dan hanya jika
|
![]() |
Ingkaran, konjungsi, disjungsi,
implikasi dan biimplikasi disebut operasi dalam logika. Simbol-simbol dari operasi dalam logika
diberikan dalam tabel berikut.
a.
Ingkaran atau Negasi
atau Penyangkalan
Jika diketahui p maka ingkarannya
adalah
atau ¬p, maka
dibaca “tidak p” atau “bukan p” atau “tidak benar p”.


Contoh:
p: 4 adalah bilangan
prima
Jawab:


Tabel nilai kebenaran
p
|
~ p
|
B
S
|
S
B
|
b. Operasi Konjungsi
Operasi konjungsi merupakan operasi
biner (operasi yang dikenakan pada dua pernyataan) yang dilambangkan dengan
tanda “
”. Dengan operasi ini dua pernyataan dihubungkan dengan kata
“ dan “.

Jika p dan q dua pernyataan , maka p
q bernilai benar jika p dan q keduanya bernilai benar,
sebaliknya p
q bernilai salah jika salah satu dari p atau q bernila salah atau keduanya salah.


Tabel nilai kebenaran dari operasi
konjungsi.
p
|
q
|
p
![]() |
B
B
S
S |
B
S
B
S
|
B
S
S
S |
c.
Operasi Disjungsi
Operasi disjungsi juga merupakan
operasi biner yang dilambangkan dengan tanda ”
”. Operasi ini menggabungkan dua pernyataan menjadi satu
dengan kata hubungan “atau”.

Jika p dan q dua pernyataan maka p
q bernilai benar jika p dan q keduanya bernilai benar atau salah salah
satu dari p atau q bernilai benar, sebaliknya p
q bernilai salah jika keduanya bernilai salah.


Tabel nilai kebenaran Disjungsi
p
|
q
|
p
![]() |
B
B
S
S |
B
S
B
S
|
B
B
B
S |
d. Operasi Implikasi (Kondisional)
Operasi
implikasi (kondisional) adalah operasi penggabungan dua pernyataan yang menggunakan
kata hubung “ jika …. Maka ….” Yang dilambangkan “
“. Implikasi dari pernyataan p dan q
ditulis p
q dan dibaca “ jika p maka q”. Pernyataan bersyarat p
q juga dapat dibaca “ p hanya jika q” atau “ p adalah syarat
cukup bagi q atau “ q adalah syarat perlu bagi p”.



Dalam
pernyataan p
q

p
disebut hipotesa / anteseden / sebab
q
disebut koklusi / konequen / akibat
Jika
p dan q dua buah pernyataan maka p
q salah jika p benar dan q salah, dalam kemungkinan lainnya p
q benar.


Tabel
nilai kebenaran operasi implikasi
p
|
q
|
p
![]() |
B
B
S
S
|
B
S
B
S
|
B
S
B
B
|
e. Operasi Biimplikasi (Bikondisional)
Biimplikasi
yaitu pernyataan majemuk yang menggunakan kata hubung “……jika dan hanya jika …..” dinotasikan “
” . Biimplikasi dari pernyataan p dan q ditulis p
q dibaca p jika dan hanya jika q.


Pernyataan p
q dapat juga dibaca :

1)
p
equivalent q
2)
p
adalah syarat perlu dan cukup bagi q
Jika
pdan q dua buah pernyatan maka p
q benar bila kedua pernyataan
tersebut mempunyai nilai kebenaran yang sama, sebaliknya p
q salah bila salah satu salah , atau salah
satu benar .


Tabel nilai kebenaran operasi
Biimplikasi.
p
|
q
|
p
![]() |
B
B
S
S
|
B
S
B
S
|
B
S
S
B
|
- Nilai
Kebenaran Majemuk
F Dari pernyataan-pernyataan
tunggal p, q, r, . . . dan dengan menggunakan operasi-opersi
pernyataan negasi (~), konjungsi (
), disjungsi (
), implikasi (
) dan biimplikasi (
) dapat disusun suatu pernyataan majemuk yang lebih rumit.




Contoh :
1) ~( p
~q)

2) ~

3) 

F
Nilai
kebenaran pernyataan majemuk seperti itu dapat ditentukan dengan menggunakan pertolongan
tabel kebenaran dasar untuk negasi, konjungsi, disjungsi , implikasi dan biimplikasi
yang telah dibahas di depan.Untuk memahami cara-cara menentukan nilai kebenaran pernyataanmajemuk yang lebih rumit
,perhatikan contoh berikut.
Contoh
1: Tentukan nilai kebenaran
pernyataan majemuk ~ ( p
~q ).

Jawab
:
p
|
q
|
~q
|
( p
![]() |
~ ( p
![]() |
B
B
S
S
|
B
S
B
S
|
S
B S B |
B
B
S
B
|
S
S
B
S
|
Jadi nilai kebenaran pernyataan
majemuk ~ ( p
~q ) adalah S S B
S

- Mendeskripsikan Invers, Konvers
Dan Kontraposisi
v Dari suatu pernyataan bersyarat “ p
q ” yang diketahui dapat dibuat pernyataan lain sebagai
berikut :

1)
q
p disebut pernyataan Konvers dari p
q


2)
~p
~q disebut pernyataan Invers dari p
q


3)
~q
~p disebut pernyataan Kontraposisi dari p
q


v Untuk semua kemungkinan nilai
kebenaran pernyataan-pernyataan komponen p dan q, hubungan nilai kebenaran
konvers, invers, dan kontraposisi dengan implikasi semula, dapat ditunjukkan
dengan memakai tabel kebenaran .
Tabel hubungan nilai kebenaran
q
p, ~p
~q , ~q
~p dengan
p
q




Implikasi
|
Konvers
|
Invers
|
Kontraposisi
|
||||
p
|
q
|
~p
|
~q
|
p
![]() |
q
![]() |
~p
![]() |
~q
![]() |
B
|
B
|
S
|
S
|
B
|
B
|
B
|
B
|
B
|
S
|
S
|
B
|
S
|
B
|
B
|
S
|
S
|
B
|
B
|
S
|
B
|
S
|
S
|
B
|
S
|
S
|
B
|
B
|
B
|
B
|
B
|
B
|
Dari tabel diatas ternyata :
Suatu implikasi yang salah
konversnya benar, tetapi implikasinya yang benar.
- Negasi Pernyataan Majemuk
Untuk menentukan negasi dari
pernyataan majemuk dapat digunakan sifat-sifat negasi pernyataan majemuk pada
tabel berikut ini:
Operasi
|
Lambang
|
Negasi
|
Konjungsi
|
![]() |
![]() |
Disjungsi
|
![]() |
![]() |
Implikasi
|
![]() |
![]() |
Biimplikasi
|
![]() |
![]() ![]() |
Contoh : Tentukan negasi dari
pernyataan majemuk berikut !
- Menerapkan Modus ponens, modus tollens dan prinsip
silogisme Dalam Menarik Kesimpulan
F
Dasar-dasar
logika matematika yang telah kita pelajari pada subbab terdahulu akan
diterapkan lebih lanjut dalam proses penarikan kesimpulan . Suatu proses
penarikan kesimpulan terdiri atas beberapa pernyataanyang diketahui (disebut
premis), Kemudian dengan memakai prinsip logika dapat diturunkan suatu
pernyataan baru yang ditarik dari premis-premis semula (disebut kesimpulan /
konklusi). Penarikan seperti itu disebut argumentasi.
F
Jika
konjungsi dari premis-premis berimplikasi konklusi maka argumentasi itu
dikatakan berlaku atau sah. Sebaliknya, kalau konjungsi dari premis-premis
tidak berimplikasi konklusi maka argumentasi itu dikatakan tidak sah. Jadi
suatu argumentasi dikatakan sah apabila premis-premisnya benar maka konklusinya
juga benar.
F
Dalam
subbab ini kita akan mempelajari beberapa cara penarikan kesimpulan,
diantaranya adalah Modus Ponens, Modus Tollens, dan Silogisme.
a. Modus
Ponens


Skema
argumen dapat ditulis sebagai berikut :

p . . . . . .
premis 2







Tabel nilai kebenaran dari 

p
|
q
|
![]() |
![]() ![]() |
![]() ![]() |
B
|
B
|
B
|
B
|
B
|
B
|
S
|
S
|
S
|
B
|
S
|
B
|
B
|
S
|
B
|
S
|
S
|
B
|
S
|
B
|
Dari
tabel pada kolom (5) tampak bahwa
merupakan tautologi, jadi
argumen tersebut sah.

b. Modus
Tollens



Skema
argumen dapat ditulis sebagai berikut:

~q . . . . . premis 2
![]() |



Tabel
nilai kebenaran 

p
|
q
|
~p
|
~q
|
![]() |
![]() ![]() |
![]() ![]() |
B
|
B
|
S
|
S
|
B
|
S
|
B
|
B
|
S
|
S
|
B
|
S
|
S
|
B
|
S
|
B
|
B
|
S
|
B
|
S
|
B
|
S
|
S
|
B
|
B
|
B
|
B
|
B
|
Dari tabel pada kolom 7 tampak bahwa
merupakan tautologi. Jadi

modus tollens merupakan argumentasi yang
sah .
c. Silogisme










Tabel
nilai kebenaran
.

p
|
q
|
r
|
![]() |
![]() |
![]() |
![]() |
![]() |
B
|
B
|
B
|
B
|
B
|
B
|
B
|
B
|
B
|
B
|
S
|
B
|
S
|
S
|
S
|
B
|
B
|
S
|
B
|
S
|
B
|
B
|
S
|
B
|
B
|
S
|
S
|
S
|
B
|
S
|
S
|
B
|
S
|
B
|
B
|
B
|
B
|
B
|
B
|
B
|
S
|
B
|
S
|
B
|
S
|
B
|
S
|
B
|
S
|
S
|
B
|
B
|
B
|
B
|
B
|
B
|
S
|
S
|
S
|
B
|
B
|
B
|
B
|
B
|
Dari
tabel pada kolom (8) tampak bahwa
merupakan

tautologi.
Jadi silogisme merupakan argumentasi yang sah.
- Kalimat
Berkuantor
Pernyataan berkuantor
adalah pernyataan yang terdapat kuantitas atau jumlah, antara lain : semua,
beberapa, setiap, ada dan sebagainya. Kuantor di bagi dua yaitu kuantor universal (umum) dan kuantor eksistensial (khusus).
a.
Kuantor Universal
adalah suatu pernyataan yang biasanya
terdapat kata semua, setiap, atau tiap-tiap. Kuantor universal
ditulis dengan lambang "x,
dibaca “untuk semua x atau setiap x berlaku…”.
Jika P(x)
kalimat terbuka, maka ("x).
P(x) berarti untuk semua x berlaku P(x).
Pernyataan
kuantor universal mempunyai nilai :


b.
Kuantor
Eksistensial
Eksis adalah kata
sifat yaitu keberadaan. Kuantor Eksistensial adalah suatu pernyataan dimana
kuantitas atau jumlah menunjukkkan keberadaan. Pada kuantor eksistensial
biasanya terdapat kata beberapa, terdapat, ada, atau sekurang-kurangnya
satu. Kuantor eksistensial ditulis dengan lambang $x, dibaca “
ada suatu x sehingga berlaku …”. Jika P(x) kalimat terbuka, maka ($x) P(x)
berarti ada x sehingga berlaku P(x).
Pernyataan kuantor eksestensial mempunyai nilai :


8.
Pembuktian Sifat Matematika
a.
Pembuktian langsung
Pada pembuktian langsung, hal-hal yang diketahui tentang
teorema diturunkan secara langsung dengan teknik tertentu hingga ditarik
kesimpulan yang diinginkan. Penarikan kesimpulan dengan Modus Ponens dan
Silogisme adalah contoh dari pembuktian langsung.
Contoh :
1. Buktikan bahwa 2 merupakan akar persamaan kuadrat x2 +
2x – 8 = 0
2. Buktikan
bahwa untuk semua bilangan genap n antara 3 dan 31, n dapat dinyatakan sebagai
jumlah 2 bilangan prima.
3. Buktikan, untuk sembarang bilangan, riil x, jika |x| > 3, maka
x2 > 9
b. Pembuktian Tak Langsung
Dengan metode pembuktian tak langsung, fakta-fakta
yang ada tidak digunakan secara langsung untuk menarik suatu kesimpulan dan
bukti-bukti di mulai dari hal-hal lain.
Pada bab ini dibahas 2 macam pembuktian tak langsung yaitu Kontradiksi
dan Kontraposisi.
1) Kontradiksi
Adalah suatu pernyataan yang selalu salah,
apapun nilai kebenaran dari komponen komponennya.
Misalkan : Untuk membuktikan p, maka
ingkarannya adalah ~p, kemudian dilakukan suatu kontradiksi sehingga menjadi
~(~p) = p.
Langkah-langkah :
v Tentukan ingkaran kalimat yang akan dibuktikan
v Untuk membuktikan bahwa suatu pernyataan benar maka harus
dibuktikan ingkarannya bernilai salah.
2) Kontraposisi

Maka
dibuktikan kontraposisi ~q Þ ~p Benar

karena p Þ q º ~q Þ ~p
3) Induksi Matematika
Barisan aritmetika :
2, 4, 6, …, 2n
Jumlah barisan
aritmetika : 2 + 4 + 6 + …+ 2n = n2 + n
Notasi sigma : 2 + 4
+ 6 + … + 2n =
2i

Rumus umum di atas dapat
pula dibuktikan dengan Induksi Matematika berlaku untuk semua n bilangan asli.
Misalkan P(n) adalah suatu pernyataan yang didefinisikan
dalam bilangan asli n.
Langkah-langkah :
1) Basis
Sebagai basis, diambil n = 1 dan harus dibuktikan P(1)
benar, karena akan dibuktikan kebenarannya pernyataan P(n) untuk n > 1
2) Langkah Induksi
Ambil n = k, jika P(k) benar, maka P(k + 1) benar
Tidak ada komentar:
Posting Komentar