1.
BAGIAN
PERTAMA: Mama Sally dan Lembah Balliem
Pada bagian pertama ini dijelaskan
bagaiman status kehidupan Mama Sally. Halam kehidupannya sebagai anggota DPRD
di Jayawijaya, ia tidak terlepas dari kesatuan, kebersamaan, tolong menolong,
sbersosialisasi dengan para penduduk setempat. Dalam berbagai masalah, Mama
Sally juga membantu menemukan jalan keluar. Dia bertindak seolah- olah sebagai
laki- laki meski suaminya telah lama meninggal dunia.
Masyarakat Jayawijaya selalu bersama
dalam mengambil suatu keputusan, bekerjasama dalam suatu kegiatan, bersama
untuk menyelesaikan sebuah permasalahan. Dalam kehidupan mereka sehari- hari
mereka, kebanyak masyarakat Jayawijaya adalah petani di kebun, peternak babi.
Di Jayawijaya, harga sembako pun mahal, dalam buku ini dikatakan bahwa harga
bahan sembako Jayawijaya tiga kali lebih mahal dari kota Jayapura. Hal ini
diakibatkan karena kurangnya alat t
ransportasi.
2.
BAGIAN
KEDUA: Mama Sally, Keluarga dan Orang-orang Terdekat
Setelah kelahirannya di Sentani,
Jayapura, kedua orang tuanya meninggal dunia. Hal ini membuat Mama Salomina
bersedih karena ditinggal kedua orang tuanya pada saat dia masih bayi.
Untungnya Mama Salomina dirawat oleh kerabatnya. Dalam kehidupan keluarga baru
itu pun salomina tidak merasakan kenyamanan karena kedua orang tua angkatnya
itu adalah guru dan sikap mereka juga
bertindak sebagai sesosok guru yang kejam. Salomina selalu berpindah-
pindah tempat untuk mencari tempat yang nyaman dan bisa menyelesaikan sekolah
dasar (SD).
Selama Mama Sally bersekolah di SMP dan
SPG, dia tinggal di asrama. Di sana ia merasakan tempat pembentukan karakter,
orang menjadi dewasa. Peraturan tang telah disepakati bersama para Pembina
asrama membuat semua anak asrama nenatuhinya. Dia mempunyai kedua orang tua
angkat namun, dia ingin hidup mandiri. Selama hidup di asrama, Mama Sally
mengalami pengalaman manis serta pengalaman pahit. Semua pengalaman ini
dilaluinya sampai dia menyelesaikan studinya SMP dan SPG dari asrama.
Mama Sally melanjutkan sekolah di
Sekolah Tinggi Teologi Katolik (STTK) Abepura serta Sekolah Tinggi Filsafat
Teologi (STFT) Abepura. Dia menjadi mahasiswa di STTK dan STFT. Selama kuliah,
ia benyak menjalin hunbgungan dengan masyarakat sekitar. Setelah menyelesaikan
studinya, Mama Sally ditugaskan pergi ke Lembah Balim. Di sana, ia sangat
bersatu dengan para penduduk Lembah Balim. Ini hal yang sangat luar biasa,
sebab jarang sekali menjumpai orang perempuan seperti Mama Sally.
3.
BAGIAN
KETIGA: Mama Sally, Petugas Pastoral, Guru dan Ibu Asrama
Di Lembah Balim, Mama Sally mengembang
tugas yang dipercayakan keuskupan Jayapura yakni sebagai petugas pastoral. Di
samping sebagai petugas bidang pastoral, ia sabgat bersatu dengan masyarakat
Lembah Balim. Mama Sally tidak sama dengan perempuam lain di Papua, ia diberi
karunia oleh Tuhan untuk menjadi pewarta Injil di Papua khususnya di Pegunungan
Tengah Papua. Dalam setiap kegiatan, ia menampilkan yang terbaik bagi masyarakat
Papua. Ia juga ibu bagi remaja putrid khususnya di suatu asrama di Wamena.
Karyanya sangat dipengaruhi oleh sebagian kalangan di Papua. Mama Sally terjun
ke dunia pemerintahan, namun ia tetap ibu bagi setiap orang yang membutuhkan
bahkan ia mendoakan mereka yang meminta pertolongan.
Mama Sally sungguh sangat antusias dan
ikut merasakan penderitaan yang sering dialami oleh sebagian perempuan Papua
khusunya di Lembah Balim. Para perempuan Papua sring tidak dihargai, bahkan
sering melakukan ketidakadilan bagi perempuan Papua. Padahal Tuhan member kita
(baik pria maupun wanita) akal, pikiran. Perbuatan yang dilakukan Mama Sally
itu sangat membantu mengubah pola pikir para perempuan Papua yang selalu
menyerah dalam setiap hal dam member peluang kepada para pria. Dengan membuat
suatu lembaga pemberdayaan perempuan ini akan memungkinkan bisa mengubah
kebiasaan kebanyakan perempuan Papua dari ketidakadilan. Perempuan Papua
diharapkan mengampbil posoisi yang penting dalam setiap kegiatan seperti yang
dilakukanb Mama Sally agar martabat perempuan biosa meningkat.
4.
BAGIAN
KEEMPAT: Mama Sally dan Pemberdayaan Perempuan
Dalam pengabdian Mama Sally di
Jayawijaya, ia selalu setia menjalankan tugas yang diemban kepadanya. Ia
mempunyai budaya yang beda dengan budaya masyarakat di lembah Ballim. Namun
demikian, budaya yang ia miliki di Kab.Keerom itu tidak dibawa ke Jayawijaya.
Ia datang ke Jayawijaya bukan untuk mengubah budaya/ tradisi di tempat baru itu
namun untuk mendukung budaya yang sudah ada di Jayawijaya. Kalau kita melihat
2000 tahun yang lalu, di mana Yesus datang kedunia bukan untuk mengubah budaya/
tradisi Yahudi, namun Ia datang ke dunia untuk menggenapi dan menambahkan
peraturan baru, seperti hukum kasih. Hal serupa dialami Mama Sally, ia datang
ke lembah Ballim untuk menyebarkan kasih, keetiaan, dsb kepada masyarakat
Jayawijaya.
Ketika Mama Sally datang, di lembah
Ballim, ia melihat situasi yang sangat berbeda dengan keadaan di Keerom. Sampai
saat itu, hak- hak wanita tidak diperhatikan oleh kaum pria. Mama Sally ingin
supaya peran kaum wanita juga sangat
penting dalam kehidupan rumah tangga. Bersama perempuan Jayawijaya, ia berhasil
menyetarakan hak- hak kaum wanita denga para pria. Namun, di daerah yang
terpencil, daerah terisolir masih memiliki peran penting dalam keluarga adalah pria. Peran pria adalah yang terpenting dalam
keluarga. Itulah yang dilakukan di Papua khususnya daerah pegunungan tengah .
di Jayawijaya, Mama Sally bersama para perempuan Papua menumbuhkan rasa percaya
diri di kalangan perempuan , melakukan perbuatan- perbuatan yang diklakukan
para pria, seperti hal bertangjawab dalam segala hal, bahkan berunjuk rasa di
pemerintah supaya segala kejahatan di Jayawijaya itu menurun (tidak merajarela).
Dalam bidang ekonomi, perempuanlah yang
berperan aktif dalam memenuhi kebutuhan keluarga. Perempuanlah yang paling
penting dalam menghgidupi keluarganya. Tanpa para perempuan, suatu keluarga
tidak bisa hidup. Suatu yayasa yang dirikan oleh Mama Sally dan teman- temannya
itu mengumpulkan para wanita di daerah Lembah Ballim untuk mengembangkan
ekonomi keluarga maupun kebutuhan bagi masyarakat setempat.
5.
BAGIAN
KELIMA: Mama Sally dan Perempuan Politik
Mama Sally tidak hanya memperdayakan
masyarakat khusunya para perempuan Jayawijaya, namun dia menjadi panutan, telan
bagi kebanyakan perempuan Jayawijaya. Mama Sally memotivasi mereka dalam
berbagai bidang untuyk dikembangkan. Hal demikian tidak hanya terjadi di
kalangan umat Kristen tetapi semua orang di Jayawijaya. Mama Sally lebih
dikenal di masyarakat luas setelah menduduki kursi legislative yakni sebagai
anggota DPRD Jayawijaya. Ia mempromosikan bahwa perempuan yang selama ini dipandang sebagai ibu rumah
tangga bisa mengambil tanggung jawab yang lebih besar, misalnya sebagai anggota
badan legislate atau bidang lainnya.
Setelah dipilih sebagai anggota DPRD, Mama
Sally tidak berhenti namun ia terus mengembangkan segala daya upaya untuk
membangun komunikasi, solidaritas, kebersamaan terhadap masyarakat Jayawijaya.
Dalam bidang ekonomi, Mama Sally berperan utama untuk memperdatyakan kaum
perempuan. Untuk memplaksanakan tugas tersebut, ia mendirikan sebuah yayasan
yang diberi nama Yayasan Humi Inane. Dalam yayasan itu, para perempuan dilatih
untuk mengembangkan ekonomi mereka dalam segala hal,seperti berjualan di pasar,
memelihara hewan, serta aktivitas- aktivitas lain.
6.
BAGIAN
KEENAM: Kesan dari Mantan Guru, Sahabat dan Rekan Kerja
Pada bagian terakhir dalam buku ini
menuliskan tentang tanggapan- tanggapan positif dari bebara mantan guru,
sahabat mama Sally serta rekan kerjanya. Karena kegigihannya dalam menjalankan
segalanya yang menjadi tanggung jawab Mama Sally, ia mendapat sambutan hangat
serta kesan yang yang membanggakan khusus bagi Mama Sally, keluarganya serta
daerahnya.
Kita sebagai manusia perlu meneladani
sikap Mama Sally yang begitu terbuka terhadap siapa saja dan setia akan
tugasnya dalam menhadapi segala tantangan. Walaupun Mama Sally seorang
perempuan, dia mempunyai hati yang tinggi melebihi laki- laki, karena
ketulusannya hatinya, kegigihan akan tanggung jawabnya, ia menyelesaikan
masalah lebih besar dengan mudah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar