Oleh: Agustian Tatogo
Sebagai seorang guru, kita bangga dan
senang hari menjadi pendidik, meski sering memiliki banyak tugas yang harus
kita selesaikan dalam kurung waktu tertentu. Misalnya, mulai dari kita
mempersiapkan suatu pembelajaran, pelaksanaan pendidikan dalam mengajar di
kelas termasuk melakukan pendampingan khusus bagi peserta didik yang kurang
mampu mengikuti dalam pembelajaran di kelas dan dalam proses akhir yakni pada
evaluasi pendidikan termasuk pemeriksaan dan penilaian hasil jawaban peserta
didik.
Pendidikan yang memanusiakan manusia muda
Pendidikan
memanusiakan manusia muda dimulai sejak seseorang masih kecil. Pendidikan untuk
memanusiakan manusia haruslah dimulai dari keluarga sebagai pendidikan paling
dasar. Seseorang yang mendapatkan pendidikan di sekolah adalah pengembangan
dari pendidikan di dalam keluarga sewaktu masih kecil. Untuk mencerdaskan
pendidikan, dibutuhkan pendidikan yang berlandaskan pada konteks setempat.
Seorang
pastor prajaja, Rm. Mangun Wijaya, Pr (Romo Mangun) dalam kiprahnya di dunia
pendidikan, beliau mengatakan “Pendidikan yang dapat memanusiakan manusia
muda”. Maksud dari perkataan itu adalah bahwa manusia muda dilahirkan di dunia
sudah sangat banyak, namun manusia yang seperti apa? Beliau beranggapan bahwa
kita sebagai orang tua, praktisi pendidikan (termasuk guru) dan lembaga
pemerintah dan non pendidikan harus mendidik anak muda, anak harus terisi
dengan pendidikan yang semestinya. Pendidikan yang beliau maksud adalah
pendidikan yang mencerdaskan anak- anak yang kurang mampu dalam pengetahuan,
pengembangan kemampuan, skill serta kreativitas. Seseorang dinggap lebih
manusia lagi ketika mereka diisi dengan pengetahuan, ilmu, kemapuan, sosial,
dsb.
Maka,
orang tua sebagai guru paling dasar dapat mengubah anak menjadi pribadi yang
terisi dengan ilmu pengetahuan, termasuk pembentukan karakter, mendisiplinkan
anak sejak usia dini. Lalu menciptakan lingkungan yang baik bagi anak untuk
belajar menjadi manusia muda yang nantinya berguna bagi bangsa dan daerahnya
sendiri.
Peran
utama kedua adalah pihak sekolah. Guru di sekolah yang paling mengetahui
kerakter dan kemampuan anak didik di dalam kelas. Guru adalah panutan bagi
setiap siswanya di kelas dan di sekolah. Maka gurulah yang paling berpengaruh
dalam mengubah karakater siswa, guru di sekolah mempunyai kuasa untuk
memanusiakan manusia muda.
Tetapi,
apa yang akan terjadi jika guru tidak mengikuti aturan sekolah, artinya guru
tidak mengajarkan anak murid dengan baik, guru tidak mempunyai rasa tanggung jawab
untuk menjalankan pendidikan? Apakah itu bisa disebut memanusiakan manusia
muda? Rasanya tidak cukup apabila guru tidak mengajarkan murid dengan baik lalu
dia disebut pahlawan bagi manusia muda?
Misalnya,
pengalaman yang kerap terjadi adalah di Papua. Pendidikan di Papua masih
terlihat minim. Minimnya pendidikan di Papua diakibatkan karena kurangnya
tenaga pendidikan, fasilitas yang kurang memadai dalam pembangunan bangsa Papua
dan sistem pengelolaan pendidikan yang kurang bagus. Tenaga pendidik (guru)
yang kurang berkompeten, artinya guru tidak hanya menguasai bidangnya tetapi
juga guru kurang membentuk karakter dan mengembangkannya sebagai seorang
manusia muda Papua. Yang dimaksud Rm.Mangun tentang memanusiakan manusia muda
tersebut tidak hanya pengetahuan pada anak itu tinggi, tetapi juga karakter
yang benar- benar dibentuk pada tingkatan sekolah.
Guru
sebagai pengubah masa depan bangsa Papua diharapkan peduli dengan pendidikan.
peduli dengan pendidikan, bukan berarti guru hanya datang ke sekolah, duduk-
duduk di sekolah atau masuk sekolah tidak benar- benar menerapkan ilmunya serta
pembentukan karakter di dalam kelas dan di sekolah. Selain itu, pendekatan guru
dengan siswa, masyarakat (termasuk orang tua siswa) dapat membantu anak menjadi
manusia muda Papua yang tidak hanya pengetahuan yang memadai tetapi juga
karakternya terbentuk dan memiliki kedisiplinan yang cukup tinggi.
Di
samping itu pemerintah daerah dan pusat sebagai penyelenggara pendidikan benar-
benar menerapkan sistem pendidikan dan tata pengelolaan pendidikan yang
bernilai bagus. Bernilai bagus tidak hanya sisem pendidikan dan tata
pengelolaan pendidikan bisa diterapkan di seluruh nusantara saja, namun sistem
pendidikan tersebut benar- benar disesuaikan dengan daerah setempat. Maka, pendidikan
harus berbasis kontekstual dan dengan menerapkan budaya setempat, termasuk
pembentukan karakter dan sikap peserta didik. Demikian pula pemerintah
mengelola pendidikan secara baik dan merata. Maka, dapat kita harapkan bahwa
kita bisa memanusiakan manusia muda papua yang berguna bagi dirinya sendiri,
bagi keluarga, bagi masyarakat dan bagi negeri Papua.
Penulis adalah Guru di SMA YPPK Adhi Luhur dan
Pembina Asrama Putra Teruna Karsa Nabire Papua
Tidak ada komentar:
Posting Komentar