Senin, 28 September 2015

Siswa Asrama Tidak Melakukan Sistem Kebut Semalam (SKS)

Oleh: Agustian Tatogo

          Minggu ini, Senin sampai Sabtu, 28 September sampai 3 Oktober 2015, SMA YPPK Adhi Luhur Nabire melaksanakan Ujian Tengah Semester (UTS) atau Mid Semester (MS). UTS ini dilaksanakan untuk mengukur kemampuan para siswa akan pelajaran yang telah didapatkan pada pembelajaran di kelas selama setengah semester.
         Para siswa Asrama Putra Taruna Karsa dibiasakan untuk belajar setiap hari. Mereka dibiasakan tidak belajar sesaat sebelum ujian dilaksanakan. Mereka dibiasakan untuk tidak melakukan sistem kebut semalam (SKS) seperti kebanyakan siswa dan mahasiswa lakukan. Sistem kebut semalam yang dimaksud adalah belajar mata pelajaran yang diujiankan besok hari.
         Pada Sabtu, 26 September 2015, pembina meminta siswaasrama untuk mempersiapkan diri beberapa hari sebelum ujian. Bahkan, pembina meminta mereka untuk mempersiapkan ujian pada Sabtu sampai Minggu sore hari. Karena pada Minggu malam, para siswa asrama tidak diijinkan untuk belajar.
         Minggu malam, siswa asrama masuk ke dalam ruang studi sementara semua lampu asrama dimatikan. Dalam keadaan gelap itu, mereka diam, tidak berbicara, tidak berdiskusi, tidak bersuara, dan malam itu mereka hening. Pembina meminta mereka untuk belajar dalam pikir dan hati. Mereka diminta untuk mengingat kembali semua materi yang mereka pelajari sebelumnya di kelas.
        Seusai hening, pembina memberikan arahan kepada para siswa asrama bahwa sistem kebut semalam itu tidak efektif, tidak… efektif…. Materi yang dipelajari pada malam itu tidak semuanya dapat dipahami. Jika belajar pelajaran hanya pada hari sebelum ujian, maka materi tersebut sulit dipahami karena sistem belajar yang sangat cepat sementara materi yang dipelajari ataupun dihafalkan sangat banyak.
         Waktu pun tidak terasa sudah malam. Seperti biasanyakegiatan harian asrama bahwa pada pukul 21.30 WIB mereka masuk ke kapel untuk doa malam. Setelah doa malam, pembina meminta mereka menulis refleksi seharian selama 15 menit. Usai menulis refleksi, mereka semua tidur sementara semua ruangan di asrama dalam keadaan gelap karena semua lampu dimatikan.
         Pada Senin pagi mereka olahraga di halaman. Pembina memberikan arahan kepada siswa asrama bahwa belajar pagi hari menjelang ujian itu tidak efektif. Materi yang dipelajari sangat sulit untuk diserap oleh siswa karena banyaknya materi yang mereka harus pahami atau hafalkan. Setelah olahraga, mereka mandi untuk mengikuti misa pagi di Kapel Le Cocq d’Armandville. Seperti biasanya, setiap hari Senin, Rabu dan Jumat para siswa asrama wajib mengikuti misa.Jika pagi itu tidak mengikuti misa (tanpa alasan jelas), maka sanksinya tidak makan satu hari.
         Akhirnya, Senin pagi mereka semua ikut misa (kecuali mereka yang tugas masak). Setelah itu mereka sarapan pagi dan mempersiapkan diri untuk mengikuti ujian di sekolah. Akibatnya, Minggu malam dan Senin pagi pembina menciptakan suasana agar para siswa asrama tidak melakukan sistem kebut semalam (SKS).


Penulis adalah Pembina Asrama Taruna Karsa Nabire

Tidak ada komentar:

Posting Komentar