Oleh: Agustian Tatogo
Hari
ini, hari ketiga SMA YPPK Adhi Luhur Nabire melaksanakan ujian tengah semester
(UTS). Para siswa terlihat mempersiapkan diri untuk bisa menjawab soal pada
saat ujian. Mereka terlihat hiruk- pikuk meminjam catatan materi pada temannya
maupun bertanya materi kepada temannya yang sudah mempu memahami materi
tersebut.
Selama
satu minggu, para siswa Asrama Putra Taruna Karsa tidak kerja, tidak
mengeluarkan keringat ataupun tidak refreshing, maka hari ini pembina meminta
mareka untuk mengadakan kerja dilingkungan asrama (istilah asrama: opera siang).
Operas siang ini membutuhkan waktu maksimal 30 menit untuk bekerja. Mereka
diminta membersihkan sisa potongan rumput yang telah dipotong menggunakan mesin
potong rumput. Pembina telah memberitahu mereka bahwa jika hari ini tidak opera
siang, maka malam tidak diijinkan belajar.
Rupanya,
permintaan tersebut dihiraukan oleh para siswa asrama. Mereka tidak mengadakan
opera siang. Ketika pembina tanya, mereka menjawab, kami sudah membunyikan
lonceng (bell) tetapi tidak semua anak kumpul jadi kami tidak opera siang. Ada
anak yang tidak kumpul karena belajar persiapan esok hari.
Masalah
tersebut, pada siang hari pembina diamkan saja dan menunggu hingga makan malam.
Pada pukul 19.00 WIT (jam 7 malam), para siswa asrama telah menyiapkan makanan
di ruang makan. Dibunyikan lonceng (bell) memberi tanda mau makan. Sebelum
masuk ke ruang makan, pembina meminta mereka untuk berbaris di halaman asrama.
Setelah pembina memastikan bahwa mereka tidak opera siang dengan berbagai
alasan, maka pembina memberi sanksi atas kelalaian tugas tersebut. Pembina
memberi dua pilihan, malam ini tidak makan atau malam ini tidak belajar?
Kedua
pilihan mempunyai resiko yang sama- sama kuat. Pilihan pertama adalah tidak
makan malam. Jika mereka tidak makan malam, maka semua makanan (nasi dan sayur)
dibuang ke tempat sampah. Pilihan kedua adalah tidak belajar malam. Jika di antara
mereka, ada yang belajar maka buku yang
dipelajari akan disobek pembina dan semua lampu di asrama dimatikan.
Setelah
diberi kesempatan dua menit untuk menentukan salah satu pilihan maka mereka
serentak memilih untuk tidak makan malam. Sehingga malam ini mereka belajar
mempersiapkan ujian esok hari. Malam ini mereka memilih tidak makan dengan
alasan bahwa besok ada tiga mata pelajaran yang diujiankan. Sehingga, jika
malam ini tidak belajar maka waktunya tidak cukup untuk mempersiapkan ketiga
mata pelajaran tersebut. Dengan alasan tersebut, mereka memilih tidak makan
malam tetapi belajar malam. Tanpa berpikir panjang, pembina membuang semua
makanan (nasi dan sayur) ke tempat sampah.
Sebagai
bahan pelajaran, jika kita diberi tugas maka selesaikan tugas itu. Dalam
situasi apapun, sebagai siswa sebuah komunitas (asrama) maka kita tetap
melaksanakan tugas yang diberikan oleh pendamping, pembina ataupun orang tua.
Penulis adalah Pembina Asrama Putra Taruna Karsa Nabire