Oleh: Agustian Tatogo
Lektor adalah orang bertugas
membacakan Firman Tuhan di gereja saat melaksanakan Perayaan Ekaristi. Tujuan
lektor adalah agar Firman Tuhan yang dibacakan oleh lektor itu dapat sampai
kepada umat dan dipahami umat dengan baik. Tidak semua orang bisa menjadi lektor. Menjadi lektor yang baik, dibutuhkan cara- cara
yang baik dan tepat untuk mengerti arti lektor.
Bpk.FX Priyanto, doc. Bu Nanik |
Apa saja syaratnya agar suatu bacaan
itu dapat sampai dan dipahami umat? Berikut ini ada enam pilar utama dalam
membacakan Firman Tuhan dengan baik:
1.
Artikulasi: mengucapkan
kata- kata dengan jelas dan tepat.
2.
Intonasi: lagu kalimat,
ketepatan penyajian tinggi rendahnya nada.
3.
Power: mengatur
besar kecilnya suara. Akan lebih baik jika suara kita dibantu oleh mike.
4.
Pause/ Jeda: mengatur
kecepatan waktu, memberi istirahat sejenak pada akhir suatu kalimat.
5.
Frasering: pengelompokkan
kata tetapi belum menjadi kalimat.
6.
Penjiwaan: penjiwaan itu
mantap jika kelima pilar di atas itu terpenuhi.
Pilar pertama hingga pilar kelima di
atas ini adalah syarat yang harus dipenuhi oleh seorang lektor. Seorang pelatih
lektor, FX.Priyanto mengatakan “Lima pilar tersebut ibaratnya tiang untuk
membangun rumah. Bila satu di antara lima pilar di atas tidak terpenuhi, maka
penjiwaan menjadi “kering”, sehingga
Firman Tuhan yang dibacakan itu kurang dipahami oleh umat yang
mendengarkannya”.
Di samping kelima pilar utama
ditambah penjiwaan itu, terdapat beberapa hal yang harus diperhatikan dalam
membacakan Firman Tuhan.Seorang ahli liturgi dan Alkitab, Rm.Yuwono Suwondo,
Pr., mengatakan “Selain artikulasi, intonasi, power, pause dan frase serta penjiwaan
itu juga diperlukan penampilan diri yang cukup rapih.Rapih, bukan berarti
penampilannya seperti artis. Artinya, penampilannya sederhana tetapi pantas di
depan umat. Dan tentunya, seorang lektor membutuhkan keberanian untuk tampil di
depan (banyak) umat”.
Selama dua tahun di Yogyakarta, saya
mendalami lektor bersama Bapak FX.Priyanto. Selain Pak Priyanto, ada Bu Nanik
(istri Pak Priyanto). Mereka memahami banyak hal tentang lektor. Selama dua
tahun itu, mereka mengajarkan saya cara membacakan lektor yang baik dan benar.
Setiap minggu, saya mendatangi rumah keluarga Pak Priyanto untuk belajar, sebab
tempat tinggal kami berdekatan.
Ketika berada di Papua, saya sering
mendapatkan tugas menjadi lektor di
gereja. Namun, saya tidak banyak paham tentang arti lektor itu sendiri. Di
Yogyakarta inilah, saya menemukan sesosok orang yang bisa diandalkan untuk
mengajarkan saya lektor. Keluarga FX.Priyantolah yang melatih saya menjadi
lektor yang baik dan benar.
Menurut Bapak Priyanto, hanya dalam tiga
bulan, saya sudah bisa memahami lektor dengan baik. Pertama kali beliau
mendengarkan saya membacakan bacaan, namun bacaan yang saya bacakan itu ambur
adul, menurut beliau.
Setelah menjalani latihan lektor bersama keluarga Pak Priyanto, saya menjadi paham
akan arti lektor yang sesungguhnya.
Menurut saya, sebenarnya saya belum
mahir dalam membacakan Firman Tuhan. Namun, Pak Priyanto menilaiku dengan baik.
Sering kali, beliau mengapresiasi saya akan kecepatan pemahaman lektor. Bahkan
beliau pernah mengatakan “Kamu orang Papua tetapi ke-Papua-anmu (terutama menjadiu lektor) kurang
nampak”. Ucapan tersebut dikatakan demikian sebab beliau pernah tugas di
Manokwari, Papua selama tujuh tahun. Jadi, beliau mengetahui sifat orang
Papua. Sering kali, saya mendapatkan penghargaan berupa jempol dari beliau
maupun dari Bu Nanik. Mengenai penghargaan, saya tidak menyombongkan diri. Sekali
lagi, ini bukan promosi namun itulah yang benar- benar terjadi pada saya dan
keluarga Pak Priyanto sekitar tahun 2011 hingga 2012.
Kerap kali, keluarga Pak Priyanto
mengajak saya ke gereja- gereja yang berada di Yogyakarta dan sekitarnya untuk
memberi materi lektor sekaligus melatih lektor. Tidak hanya gereja, beliau juga
mengajak saya ke kelompok- kelompok kecil hingga kelompok- kelompok
besar. Beliau selalu mengajak saya karena beliau ingin memperkenalkan bahwa
Orang Papua juga bisa dalam hal apapun. Bahkan, beliau memperkenalkan bahwa
ketika seseorang punya motivasi yang tinggi untuk melakukan sesuatu hal maka
sesuatu itu mudah dilakukan meskipun banyak tantangan yang dihadapinya.
Setiap kali belajar lektor, Pak
Priyanto menceritakan “Tuhan memberikan segala sesuatu-Nya kepada kita dengan
cuma- cuma, maka kita juga memberikan kepada orang lain dengan cuma- cuma
pula”. Hal itu pula yang dikatakan banyak orang termasuk oleh P.Christoporus
Aria Prabantara, SJ (Rm. Tito). Belajar lektor bersama keluarga Pak Priyanto
bukanlah sebuah kursus. Saya tidak dipungut biaya. Justru, setiap kali saya
mengunjungi rumahnya, beliau memberikan makanan dan minuman untuk saya makan
dan bawa pulang. Utang saya pada keluarga Pak Priyanto sangat besar, namun saya
belum/ tidak bisa membalasnya.
Pada akhir tahun 2012, datanglah
kabar yang membahagiakan namun sebenarnya sedih. Tidak hanya keluarga besar Bu
Nanik yang mengalami kesedihan itu, tetapi semua orang yang pernah mengenal
sosok Bapak FX.Priyanto. Beliau memberikan banyak hal kepada keluarganya serta
kepada semua orang yang pernah mengenal beliau. Beliau orangnya ramah, menerima
apa adanya. Selama hidupnya di dunia ini, beliau mewartakan banyak hal yang
kepada semua orang. Tidak hanya cara membaca
Firman Tuhan yang beliau berikan kepada kami namun juga arti kehidupan.
Beliau meninggalkan kehidupan di dunia ini dengan damai dan sukacita. Setelah beliau tiada di dunia
ini, kitalah yang melanjutkan pewartaannya seperti para rasul mewartakan Firman
Tuhan setelah Tuhan Yesus meninggalkan mereka. Selamat jalan Bapak Fransiskus
Xaverius Priyanto. Semoga, arwahnya diterima di sisi Kanan Allah Bapa. Kita
juga berharap agar beliau juga mendoakan kita yang masih berziarah di dunia ini.
---------