Deiyai. Bimas Katholik Kementarian Agama Provinsi Papua melaksanakan kegiatan dengan nama Pembinaan Guru Agama Katholik Regio Papua II bertempat di Aula Balai Aweida Paroki St.Yohanes Pemandi Waghete. Kegiatan ini dilaksanakan selama dua hari yakni hari Kamis sampai Jumat, 16 – 17 Juni 2016.
Pada hari pertama, kegiatan pembinaan dimulai pada
pukul 09.00 WIT.Dalam sambutannya, Bapak Daniel Dakus, Kepala Bidang Bimas
Katholik Kementerian Agama Provinsi Papua mengatakan bahwa tujuan dilaksanakan
kegiatan ini adalah untuk meningkatkan kualitas pendidikan agama dan keagamaan
Katholik dan memberi motivasi kepada guru- guru agama Katholik. Selain itu,
memberi informasi tentang sertifikasi guru bagi guru agama yang belum
sertifikasi.
Pelaksanaan kegitan ini dengan membentuk manusia di
bumi Papua bahwa 100% orang Katholik. Artinya, kita tidak hanya meningkatkan
kualitas keprofesionalan diri sebagai seorang guru agama, tetapi bertindak
nyata dalam hidup menggereja di paroki, stasi, kombas dan beriman penuh kepada
Tuhan.Harapannya, dengan pelaksanaan kegiatan ini, agar
meningkatkan pengabdiannya sebagai tugas panggilan gereja, guru agama harus ketahui
hal yang menjadi hak dan kewajiban mereka, dan guru agama Katholik yang belum
sertifikasi agar dapat sertifikasi pada tahun 2017.
Pada kesempatan itu, Pastor John Bunai,Pr. sebagai
pemateri menjelaskan bahwa kita harus mengenal diri saya, mengenal pelayanan
saya, melihat tugas perutusan dan tugas mendidik itu tugas yang mulia. “Mereka
sungguh setia, tekun melakukan semua untuk kemuliaan Tuhan” Lanjut Mantan Rektor
Seminari Tinggi STFT Jayapura.
Pada pemaparan materi oleh P.John Bunai menyampaikan
enam hal utama yakni lupakan masa lalu, terus berjuang untuk masa depan.
Kristus ada dalam diri saya. Hidup adalah Kristus, bekerja untuk mengasilkan
buah. Kamu adalah surat pujian sama dengan surat Kristus yang hidup. Kristus
mengutus aku untuk mewartakan kabar baik. Ia adalah Rasul Yesus Kristus. Dan,
siapa yang menabur di tempat yang tepat, maka akan menabur di sembarang tempat.
Maka, lanjut Bunai “Saya dalah gurunya Tuhan”.
P.John mengaharapkan, dengan pemaparan materi ini
dikatakan bahwa para pendidik dapat sungguh- sungguh menggarami dirinya,
keluarganya di lingkungan dan dapat menjadi terang dalam kehidupan menggereja.
Di sela- sela pemaparan materi, seorang peserta dalam pembinaan,Bapak Agustinus
Pekei, guru Agama yang juga Ketua Dewan Paroki Waghete mengatakan “Kegiatan ini
sangat membantu kami guru- guru. Harapannya agar acara ini dilaksanakan untuk
kesinambungan, menumbuhkembangkan kinerja pelayanan dari pada guru- guru
agama”. Sementara, guru agama SD YPPK Timida di Paniai, Bapak Lukas Kayame
mengatakan “Terimakasih panitia telah memberikan pengetahuan, memberikan
semangat pada kami guru- guru. Satu keluhan dari guru agama adalah tidak ada
bantuan dari pemerintah saya berusaha ambil buku pelajaran pun tidak berhasil”.
Pada sesi berikut, materi diisi oleh Bapak
Fransiskus Hariyanto, Ketua Panitia sekaligus tim dari Jayapura. Beliau
mengenalkan tentang sertifikasi guru- guru yayasan, terutama guru agama yang
belum sertifikasi. Pak Frans mengatakan “Tahun 2017 akan ada sertifikasi bagi
guru- guru agama yang belum sertifikasi. Maka, bapak- ibu perlu menyiapkan
semua kelengkapan untuk melengkapi persiapan sertifikasi”. Dalam sesi ini
terlihat menarik dan hidup sebab, terdapat beberapa peserta yang bertanya
seputar sertifikasi dan pemateri berusaha menjawab semua tanggapan serta
pertanyaan dari para peserta pembinaan.
Pada hari kedua, kegiatan dimulai pada pukul 08.00
WIT. Kegiatan diawali dengan doa pembukaan dan selanjutnya diberi kesempatan kepada
Pastor Mikhael Tekege,Pr. sebagai Kepala Sekolah Menengah Agama Katholik (SMAK)
Aweidabi Deiyai, Ketua Sekolah Tinggi Katholik (STK) Touye Papa Deiyai
sekaligus Pastor Paroki Epouto. Materi yang dipaparkan dalam sesi ini adalah
pelayanan pastoral sekolah Katholik. “Sebagai guru agama, kita harus
memperhatikan tujuan kita sebagai guru agama. Perlu diingat, direnungkan Kitab
Suci di bawah terang Roh-kudus” tutur Pater Mikh.
Lanjutnya, beliau merasa senang bisa mensharingkan
pengalamannya menjadi pastor paroki, kemudian menjadi anggota pengurus YPPK
Tillemans Keuskupan Timika, sekaligus menangani dua sekolah yakni SMAK dan STK
Touyee Papa. Melakukan diskusi dan
tanya- jawab dengan peserta pembinaan. Pada sesi tersebut, seorang peserta,
Sr.Gestovany Degei, GM., guru SD YPPK Bomomani menyayangkan system pendidikan
terutama pendidikan Katholik di Papua. “Mengapa sekolah- sekolah katolik di
Papua lambat- laun menjadi macet?” Tanya
Sr.Ges.
Di akhir kegiatan, Bapak Silvester Yawalka, Mantan
Guru Agama Katholik di SMP Negeri Waghete mengatakan “Secara pribadi, materi-
materi yang diberikan dalam kegiatan pembinaan ini sangat mengena. Hal ini
karena, apa yang disampaikan itu sangat sesuai dengan apa yang saya jalani dan alami
selama ini. Dengan kegiatan ini, agar ada perubahan dalam melaksanakan tugas,
meskipun saya kerja di kantor tetapi status saya adalah guru agama Katholik”
tutur guru lama yang kini bekerja di kantor Dinas Pendidikan Kabupaten Deiyai.
Sementara, Ibu Yustina Keiya, Guru agama Katholik di SD YPPK Uwebutu, Paniai
mengharapkan “Dengan kegiatan pembinaan seperti, kita manusia bisa saling
mengerti dan memahami, saling menjelaskan, agar kehidupan semakin diperbaharui
terus”.
Peserta lain, Bapak Yusmus Dogomo, guru agama di SD
YPPK Abaimaida Mapia mengatakan”Materi yang disajikan sangat baik dan berguna
sebab di lapangan seringkali kita teukan hambatan. Dengan kegiatan ini
memberikan kami pencerahan apa yang mestinya kami lakukan di lapangan”.
Sementara peserta lain juga dari Mapia, Bapak Sesilius Tekege, guru agama di SD
YPPK Donbosco Modio, Mapia mengatakan “Kegiatan ini memperkuat iman kami akan
Tuhan bahwa setiap tindakan yang kami buat, selalu mengandalkan Tuhan”. Namun,
peserta dari ketika kabupaten juga menyarankan agar dilaksanakan kegiatan
pembianaan seperti ini lebih dari satu kali dalam setahun. Sebab, semangat kami
terus diasah melalui pemahaman akan professional, pegogik, selain mempertajam
iman akan Tuhan.
Ketika dilakukan wawancara dengan Ketua Panitia Kegiatan
Pembinaan, Bapak Fransiskus Kariyanto menjelaskan “Kualitas pendidikan guru dan
guru agama Katholik dengan pendekatan motivasi kepada guru- guru supaya
panggilan mereka sebagai guru (perpanjang tangan Tuhan) dimurnikan kembali,
sehingga ketika kerja, bukan untuk dirinya sendiri tetapi demi kemulian nama
Tuhan”. Lanjutnya, “selama ini pendidikan dititikberatkan pada metodologi
pembebalajaran sementara aspek spiritual kepribadin mereka menjadi kurang”
tutunya. Beliau mengaharapkan, dengan kegiatan ini para guru agama Katholik
dapat kembali bekerja dengan semangat yang baru, sambil tetap mengandalkan
Tuhan dalam setiap kegiatan.
Oleh: Agustian Tatogo. Penulis pemula di Majalah Lintas Meepago